Minggu, 23 Maret 2014

Surat Untukmu

Oleh | Muh. Kurniadi AsmiAssalamu alaikum pa’.
Bagaimana kabarmu disana? Baik-baik saja kan? Semoga tangan Allah tetap merangkulmu dalam lindungannya, dan semoga engkau tetap semangat setelah membaca suratku ini.

Pa’… apakah kayu bakar yang engkau bawa masih dapat membuat dapur ibuku berasap? Apakah asapnya masih dapat engkau bagikan kepada tetangga-tetangga yang susah untuk mengasapi dapurnya? Semoga saja engkau masih tetap seperti dahulu, menyuapi ibuku dengan tangan-tanganmu yang keriput.

Pa’ jangan lupa cuci dahulu tanganmu di celengan-celengan masjid lalu engkau memakai tanganmu untuk mengangkat beban hidup ini. Jangan khawatir dengan hidupku disini, aku sedang berusaha mencari sesuatu yang engkau tak pernah ajarkan kepadaku, agar aku dapat menjadi orang yang lebih darimu. Pa’ jaga ibu yah, aku belum sempat pulang ke kampung karena aku harus mencari sesuatu untuk membayar uang SPP kuliahku, kalau aku pulang aku takutnya uang kuliahku tahun ini tak dapat aku bayar dengan jemariku, tahu tidak pa’? Sekarang uang kuliahku naik, sampai-sampai teman-temanku disini demo kesana kemari, katanya untuk membatalkan kebijakan pemerintah, tapi aku tidak ikut pa’, aku merasa lebih baik aku mencari persiapan ketika kebijakan itu di laksanakan di banding harus berusaha untuk melawannya.

Aku tak menyalahkan pemerintah kok pa’, aku tak menyalahkan pula pihak kampusku, lagian kan mereka pasti lebih cerdas di banding aku, mereka orang-orang cerdas pasti selalu berpikir ke depan, berpikir panjang dan tidak mengabaikan hal-hal kecil. Tidak seperti aku, jangankan berpikir kedepan, hari inipun menjadi bayangan kesusahanku. Mereka sudah berpikiran makan apa besok, sementara aku masih berpikir makan apa aku hari ini. Pa’ jiwa lelaki yang engkau ajarkan kepadaku ternyata disini sudah banyak, engkau mengajarkanku untuk berusaha menegakkan kebenaran dan memperbaiki keburukan. Mahasiswa dikampusku juga begitu semua pa’. semuanya menegakkan kebenaran, hingga mereka lupa bahwa ketika mereka berusaha menegakkannya, justru mereka lupa untuk memperbaiki keburukan. Selalu mengejar benar dan lupa memperbaiki yang buruk. Ini pasti karena semangat mereka yang berkobar. Mereka juga golongan orang-orang baik, selalu mementingkan orang banyak, mereka baik kan pa’? sehingga mereka lupa dengan dirinya sendiri, mereka melawan dengan menghancurkan fasilitas yang ada, sementara mereka lupa bahwa dirinya sendiri telah merusak masa depan bersama. Mereka amat baik memikirkan kebenaran untuk di tegakkan. Tidak seperti aku yang masih sibuk untuk makanku hari ini.

pa’ doakan aku disini yah, doakan agar aku dapat sarjana tanpa menyusahkan hidupmu. Semoga suratku ini dapat mengobati hatimu yang bertanya mengapa aku tak dapat pulang ke kampung, semoga tuhan menjaga keluarga disana, dan menjagaku disni. Suratku sampai disni dulu yah pa’, nanti aku kirim surat lagi kalau uang kuliahku sudah cukup.
Wassalam...

*Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Semester 2

Jumat, 14 Maret 2014

Rumah PeKa Turut Serta Dalam Perkampungan Relawan

Laporan | Nurul Is. Wardani/Mag
Washilah Online--Rumah Pelang Kardus (Rumah PeKa) bekerja sama dengan Sahabat Pulau chapter Sulawesi Selatandan Sulawesi Selatan Institute (SSI) gelar perkampungan relawan  “Youth Volunteer Camp” dengan tema “Dari Timur Indonesia Bangkit”. Kegiatan ini dilakukan di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo, Kabupaten Takalar pada Sabtu-Minggu (1 s/d 2/03). Kegiatan ini dihadiri sebanyak 30 peserta dari berbagai kalangan.

Rumah PeKa sendiri yang merupakan organisasi ekstra yang para anggotanya adalah mahasiswa dari UIN Alauddin Makassar. Sedangkan Sahabat Pulau merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pengajaran terhadap anak-anak yang kurang mampu. Begitupun dengan SSI. Selain dihadiri oleh lembaga ini, juga Jendral Kolonel Adi Suyoso yang merupakan Jendral asal Jakarta terjun langsung dalam kegiatan ini.

Kegiatan ini merupakan wujud dan bukti nyata dari para relawan muda yang ingin memberikan sumbangsi dan membuat perubahan untuk bangsa, begitulah menurut Jendral Kolonel Adi. Ia juga memberikan materi mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan adanya kegiatan ini ia berharap akan semakin banyak relawan muda yang tercipta dan siap untuk bahu-membahu membangun negeri ini.

Laporan | Nurul Is. Wardani/Mag
Washilah Online--Rumah Pelang Kardus (Rumah PeKa) bekerja sama dengan Sahabat Pulau chapter Sulawesi Selatandan Sulawesi Selatan Institute (SSI) gelar perkampungan relawan  “Youth Volunteer Camp” dengan tema “Dari Timur Indonesia Bangkit”. Kegiatan ini dilakukan di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo, Kabupaten Takalar pada Sabtu-Minggu (1 s/d 2/03). Kegiatan ini dihadiri sebanyak 30 peserta dari berbagai kalangan.

Rumah PeKa sendiri yang merupakan organisasi ekstra yang para anggotanya adalah mahasiswa dari UIN Alauddin Makassar. Sedangkan Sahabat Pulau merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pengajaran terhadap anak-anak yang kurang mampu. Begitupun dengan SSI. Selain dihadiri oleh lembaga ini, juga Jendral Kolonel Adi Suyoso yang merupakan Jendral asal Jakarta terjun langsung dalam kegiatan ini.

Kegiatan ini merupakan wujud dan bukti nyata dari para relawan muda yang ingin memberikan sumbangsi dan membuat perubahan untuk bangsa, begitulah menurut Jendral Kolonel Adi. Ia juga memberikan materi mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan adanya kegiatan ini ia berharap akan semakin banyak relawan muda yang tercipta dan siap untuk bahu-membahu membangun negeri ini.

Pemuda, Benteng Terakhir Bangsa

Oleh Nurul Is Wardani
Di era globalisasi sekarang ini, dengan semakin mening katnya persaingan antar sesama, banyak orang yang saling jatuh-menjatuhkan demi mencapai tujuannya masing-masing. Tapi, mereka hanya memikirkan tentang kepentingan dirinya sendiri. Tak pernah melirik bagaimana kondisi di sekitar nya. Ketika para pejabat negara berlomba-lomba untuk memperebutkan jabatan demi duduk sebagai wakil rakyat tapi tak pernah benar-benar mewujudkan impian bangsa, anggap saja mereka sampah masyarakat.

Di masa sekarang ini, jika kita membilang-bilang, hanya ada beberapa orang yang memang benar-benar mencintai dan menginginkan perubahan di negeri ini. Pemuda, tak ada yang tak mengenal lagi kata ini. Tak ada yang tak mengenal lagi siapa mereka. Ketika masa pra proklamasi, yang menjadi pendesak Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia adalah kaum pemuda. Di masa ujung tombak era orde baru, yang menjadi pelopor dan penggebrak runtuhnya orde ini jugalah kaum pemuda. Bahkan hingga masa sekarang ini, yang menjadi penyampai aspirasi rakyat pun adalah para pamuda.

Akan tetapi, ketika kita mengatakan bahwa pemuda merupakan benteng terakhir negara ini. Maka akan timbul pertanyaan, pemuda seperti apa dia? Apa saja yang telah ia berikan untuk bangsanya? Pantaskah ia dikatakan sebagai benteng? Jawabannya ada pada pemuda itu sendiri. Pemuda yang berhati merah putih. Pemuda yang bernasionalisme tinggi. Pemuda yang tidak hanya menawarkan masalah tanpa solusi. Pemuda yang tak hanya terus berkoar-koar tanpa arti namun tak dapat menunjukkan satu bukit nyata. Pemuda yang tak hanya mengatakan dirinya sebagai generasi penerus bangsa tapi tak mampu memberikan setitik solusi bagi bangsanya.

Ketika kita hanya mampu berkoar-koar, mampu menemukan masalah tapi tak mampu menawarkan solusi, maka sama saja kita dengan mereka yang duduk enak di kursi jabatannya tanpa pernah memberikan sedikit sumbangsihkepada bangsa. Pemuda pergerakan bukanlah mereka yang hanya bisa melakukan aksi demonstrasi. Tapi mereka yang justru senang melakukan aksi solusi. Demonstrasi hanyalah sebuah bentuk kritikan dan aspirasi dari luapan emosi. Tetapi, kita lebih cenderung untuk melakukan hal lain yang mungkin akan lebih jauh bermanfaat dari hanya sebatas kritik. Menanamkan dalam diri untuk berhenti menyalahkan pemerintah dan justru bahu-membahu membangun bangsa ini sedikit demi sedikit. Pergerakan akan lebih terasa nyata jika kita membangunnya dari yang terkecil, yaitu kesadaran. Kesadaran yang dibangun dari dalam hati. Kesadaran untuk mewujudkan suatu langkah nyata. Hal ini tidak begitu sulit dan akan jauh lebih menyenangkan dibanding kita harus berpanas-panasan dan berteriak-teriak tanpa pernah didengarkan.

Terdapat banyak sekali ruang bagi kita untuk membangun pergerakan. Pendidikan, kesehatan, ekonomi dan berbagai bidang lainnya. Disinilah substansi dan peran inti kita sebagai seorang pemuda. Tak hanya menawarkan masalah tapi justru memberikan solusi. Jika kita melihat jauh lebih dalam kepada bangsa kita, masih banyak sekali sosok dan pelosok yang memprihatinkan. Pemerintah sendiri tak mampu untuk melirik mereka. Kita, sebagai pemuda, yang mengaku pemuda pergerakan sudah merupakan tanggung jawab kita untuk melangkahkan kaki dan mendekatkan diri dengan mereka. Ketika pemerintah melupakan mereka, wajiblah bagi kita untuk merawat dan memelihara mereka. Banyak anak-anak yang terlantar, tidak mendapatkan ruang untuk menuai pendidikan, tidak diberi waktu untuk menikmati masa kanak-kanaknya karena tekanan ekonomi


*Penulis adalah mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Ilmu Komunikasi Raih Trophy

Laporan Kartika Yusuf/Mag
Washilah Online--Pekan Olahraga dan seni (Porseni) yang dilaksanakan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK )berjalan dengan lancar dan sportif. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari 28 Februari hingga 02 Maret.

Porseni ini membawa kebanggaan tersendiri bagi Jurusan Ilmu Komunikasi (Ikom) yang berhasil meraih trophy mengalahkan jurusan lain, kegiatan ini pun tidak hanya diikuti oleh mahasiswa namun antusias para staf yang turut berpartisipasi dalam porseni tersebut .

Berikut rekapitulasi hasil pertandingan berdasarkan juara :

1. Jurusan Ilmu Komunikasi
Emas : 6
Perak : 2
Perunggu : 1

2. Manajemen Dakwah
Emas : 4
Perak : 8
Perunggu : 6

3. Komunikasi Penyiaran Islam
Emas : 4
Perak : 6
Perunggu : 4

4. Pengembangan Masyarakat Islam
Emas : 4
Perak : 0
Perunggu :3

5. Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Emas : 3
Perak : 5
Perunggu : 3

6. Jurnalistik
Emas : 3
Perak :2
Perunggu :1

7. Pegawai
Emas : 1
Perak :2
Perunggu : 7

Cabang olahraga yang di pertandingkan dalam Porseni ini yakni Catur, Tenis Meja, Futsal, Volley Ball, Bulu Tangkis, Takraw, dan Tarik Tambang sedangkan dalam bidang seni yakni Tilawah, Tadarrus, Pidato, Puisi, Lomba lagu religi, dan Busana muslim-muslimah.

Meski jurusan Ikom sudah mendapat juara umum dan berhasil membawa pulang piala bergilir, Ramsiah Tasruddin , selaku ketua jurusan ikom masih kecewa karena ada pertandingan yang tidak diikuti oleh anak-anak ikom diantaranya lomba Tilawah dan Pidato.

“Saya yakin di ikom banyak potensi-potensi yang bisa di tampilkan, sekiranya pada kegiatan selanjutnya semua pertandingan dapat diikuti,” tuturnya.

Ramsiah berharap agar kedepannya ilmu komunikasi lebih kompak dibawa naungan Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang baru. 

Sabtu, 08 Maret 2014

WR II: Berani Janji Mengundurkan Diri

Laporan | Sulkia Reski dan Bella Husdiana/Mag
Washilah Online--aksi tuntut Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Biaya Kuliah Tunggal (BKT) kembali terjadi. Aksi kali ini menuntut biaya kuliah yang dikenanakan pada mahasiswa pasca delapan semester. Aksi ini dimulai dari fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dan berlanjut pada fakultas lain untuk merangkul massa dari kalangan mahasiswa semester 2. Aksi ini berlangsung damai di depan rektorat. Rabu (05/03)

Setelah menunggu cukup lama dan melakukan orasi di depan gedung rektorat, WR II akhirnya keluar dan memberi jawaban pada mahasiswa mengenai persoalan yang masih belum diterima. WR II mengaku terlambat menemui mahasiswa yang tengah menyuarakan tuntutannya karena tengah menghadiri rapat pimpinan (rapim) untuk membicarakan tuntutan yang telah diajukan oleh mahasiswa sebelumnya.

Menurut penuturan WR II, batasan biaya pasca semester dua telah dihapuskan. Menurutnya, pasca semester 8 maka biaya kuliah akan seperti biasanya. Tidak akan ada lagi yang membayar biaya kuliah sebanyak Rp. 3.800.000. Biaya akan normal sesuai kategori yang telah ditentukan. Namun batas kuliah harus sesuai dengan peraturan akademik yang ada yaitu batasan hingga 14 semester.

“Saya berjanji akan mengundurkan diri jika Surat Keputusan (SK) pembatalan batas biaya 8 semester ini nantinya tidak diberlakukan” tutur WR II pada mahasiwa yang tengah melakukan demo di depan rektorat. Hingga membuat lega kalangan mahasiswa.


Pembagian Kategori Bukan Tanggungjawab Pihak Rektorat

Laporan | Sulkia Reski/Mag
Washilah Online--Aksi tuntut Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Biaya Kuliah Tunggal (BKT) yang berlangsung direktorat rabu (05/03) berisi tiga tuntutan. Tuntutan pertama yang diajukan kalangan mahasiswa mengenai sosialisasi pembagian kategori yang terkesan lambat. Tuntutan kedua mengenai pembatasan kategori satu yang hanya berisi kuota 10%. Dan tuntutan terakhir mengenai penjelasan biaya kuliah pasca delapan semester.

Menurut penjelasan WR II, pembagian kategori pembayaran untuk mahasiswa angkatan 2013 ini menjadi tanggung jawab pihak fakultas. 

Hal ini dikarenakan pihak jurusan maupun prodi akan jauh lebih mengetahui kondisi mahasiswanya. Seperti asal mahasiswa tersebut, dan akan lebih tahu kondisi ekonomi dan setiap mahasiswanya. Sehingga pihak rektorat sendiri hanya memperoleh data dari tiap fakultas.


Daun Kering Itu Memilih Gugur

Oleh | Zulkia Reski
Daun yang nampak menguning itu terlihat begitu kuat
Begitu hebat dan menyimpan begitu banyak cerita
Mampu bertahan ditengah terpaan angin yang tak sabar untuk menjatuhkannya

Daun yang telah melewati masanya dari pucuk mungil nan segar
Hingga ia berganti menjadi daun yang mulai menguning dan menunggu angin menjatuhkannya
Daun itu tak sendiri
Ia menempel pada ranting kecil pada sebuah pohon yang terlihat kekar di tengah hutan liar

Daun yang menjalani hidupnya dengan berbagi dengan bagian pohon lainnya
Daun yang berdampingan dengan daun dan bunga lainnya
Ia berbagi kisahnya pada kuncup-kuncup muda
Mengajarkan betapa kejam hutan liar yang ia lihat selama ini

Mengajarkan cara bertahan dari angin yang senantiasa menerpanya
Daun itu telah melewati masanya
Ia tak lagi kuning tapi berganti menjadi coklat
Ia tak mampu lagi bertahan ditengah terpaan angin walau hanya sepoi

Baginya, tempatnya saat ini akan terganti oleh kuncup-kuncup baru yang lebih hijau
Ia memilih gugur dan membagi tempatnya pada kuncup yang lain
Bukannya daun ini lemah karena sepoinya angin dan tak sanggup ditahannya
Tapi lebih dari daun yang gugur

Daun yang bahkan lebih kuat lagi
Dan memberi begitu banyak pengalaman dan kesempatan pada kuncup muda lain 

Aksi Donor Darah KSR PMI


Laporan: Sulkia Reski | Anggota Magang

Washilah online – Palang Merah Indonesia (PMI) UIN Alauddin Makassar menggelar aksi donor darah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) pada rabu (05/03). Bertempat di ruang lecturer teatre (LT). Aksi donor darah ini memang rutin dilakukan sebanyak empat kali dalam setahun.

Haerudin selaku ketua KSR PMI mengungkap bahwa sebelumnya kegiatan aksi donor darah ini hanya dilakukan di Fakultas besar seperti Fakultas Sains dan Tekhnologi (FST) dan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Namun PMI memilih FDK karena dapat mencakup fakultas yang berada disebelahnya yaitu Fakultas Syariah dan Hukum juga Fakultas Adab dan Humaniora.

Terdapat 30 orang pendaftar di FDK dan yang datang untuk mendonorkan darahnya sebanyak 22 orang. Menurut Haerudin, kegiatan donor darah yang sempat dilakukannya di FTK yang lalu terdapat 20 pendaftar. Namun yang datang untuk mendonorkan darahnya sebanyak 14 orang. Darah yang telah terkumpul lantas dibawa Ke Unit Donor Darah (UDD) untuk diperiksa apakah darahnya layak atau tidak untuk dipakai oleh penerima donor.

Kegiatan ini sebelumnya telah disosialisasikan melalui media sosial. Namun sosialisasi secara langsung belum terlaksana dengan baik. “harapan kami kepada teman-teman pers agar bisa membantu mempublikasikan kegiatan donor darah ini sehingga banyak yang bisa turut berpartisipasi,” ungkap Haerudin.

Rumah PeKa Tepis Anarkisme Mahasiswa Makassar

Laporan | Sulkia Reski/Mag
Washilah Online--Kesan anarkis mahasiswa Makassar memang sulit untuk dihapuskan. Mahasiswa Makassar dipandang sebagai pendemo oleh masyarakat diberbagai daerah. Bahkan aksi damai dan anarkis mahasiwa makassar senantiasa diberitakan pada layar kaca melalui media-media nasional. Kesan anarkis mahasiswa perguruan tinggi yang ada di Makassar ini telah lekat dalam benak masyarakat Indonesia terutama dikalangan mahasiswa lainnya.

Teguh adalah contohnya, ia dicap sebagai mahasiswa pergerakan saat tes wawancara di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun akhirnya mahasiswa lulusan UIN Alauddin Makassar ini dapat menghapus kesan tersebut saat bergabung disalah satu lembaga sosial sahabat pulau. Sahabat pulau inilah yang menjalin kerja sama dengan rumah pelangi kardus (peka), salah satu lembaga sosial yang menangani anak jalanan yang ada di kota Makassar.

Rumah peka dan sahabat pula melakukan kerjasama dalam bidang sosial ini. Bentuk kerjasama kedua lembaga ini misalnya, sahabat pulau memberikan bantuan buku dan alat tulis bagi anak bangsa binaan rumah peka. Selain itu rumah peka ikut serta dalm kegiatan volunteer camp yang diadakan sahabat pulau, rumah baca dari berbagai daerah di Sul Sel dan Sul Sel Institut, dan TNI Angkatan Laut.

Dalam acara volunteer camp inilah rumah peka dapat berkenalan dengan salah seorang petinggi angkatan laut Kolonel Adi Suyoso. Selain itu dapat bertemu dengan seorang relawan dari Selayar bernama Cawi yang telah memberdayakan masyarakat di desa tempatnya tinggal. Cawi juga menawarkan kunjungan ke pusat kegiatannya di Selayar bagi rumah peka.

Dalam sambutannya Kolonel Adi Suyoso menyampaikan dukungannya atas rumah peka yang peduli terhadap anak jalanan. “Saya yakin bahwa mahasiswa Makassar itu tidak hanya bisa berbuat anarkis, contohnya rumah peka yang mau menunjukkan aksi nyata yang bisa bermanfaat bagi bangsa,” ungkapnya. 

Senin, 03 Maret 2014

Keputusan LPP UIN Alauddin, Cacat Hukum

Laporan | Luqman Zainuddin
Washilah Online--Kemelut perebutan kursi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) sudah menampakkan titik terang.

Pasalnya, sepucuk surat keputusan yang terbit pada tanggal 17 Februari, terkait hasil Rapat Bidang Kemahasiswaan, telah menetapkan, bahwa keputusan LPP pada tanggal 20 Januari 2014 dan dikukuhkan kembali pada tanggal 10 Februari 2014 dinyatakan Cacat Hukum dan penetapan LPP pada tanggal 16 Januari 2014 yang dihadiri oleh semua pihak lebih dapat dipertanggung jawabkan.

Keputusan tersebut didasarkan pada beberapa temuan penting yang dicantumkan pada surat bernomor Un.06.I/PP.00.09/201/2014 yang dianggap perlu untuk diperhatikan, diantaranya adalah

1. Pihak LPP menghilangkan rekapitulasi hasil perhitungan suara yang pertama pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam 
2. Adanya perubahan penambahan jumlah suara atas nama Buradin dan berkurangnya suara Fajar Asfar.
3. Pihak LPP terindikasi melakukan pemalsuan tanda tangan terhadap tiga orang saksi pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam.

Sebelumnya, ketua Komisi Disiplin, Prof Dr Hasyim Aidid, saat menghubungi reporter washilah sudah menyatakan kalau keputusan pertama yang diambil pada tanggal 16 Januari dianggap paling benar. “berdasarkan bukti-bukti yang ada, yang dinyatakan menang pertama kali itu yang dianggap paling benar”, kata dia melalui telepon seluler. Jum’at (21/02).

Dalam surat tersebut, sebanyak sepuluh pucuk pimpinan yang membidangi Kemahasiswaan ikut bertanda tangan, mengesahkan keputusan tersebut. Delapan orang diantaranya adalah Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan tiap Fakultas. Dua lainnya adalah Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan serta Kepala Biro AAKK, Dr H Muh Natsir MA dan Dra H Nuraeni Gani.

Meski demikian, hingga berita ini diturunkan, pihak washilah belum bisa mendapatkan keterangan langsung dari kandidat nomor 3, Buradin. 

Minggu, 02 Maret 2014

Abraham Samad Tidak Punya Akun FB dan Twitter

Laporan | Jusfaega H
Washilah Online--Banyanknya akun yang beredar di Media sosial yang mengaku sebagi Abraham Samad Ketua umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Indonesia ini mememang mengagetkan. Terkait dengan pengakuan Abraham Samad bahwa dia tidak punya Akun di media sosial baik itu Facebook dan Twitter.

Pengakuan tersebut diungkap saat Abraham membawakan Kuliah umum civitas kampus II UIN Alauddin samata, di gedung Auditorium, Senin (24/02/2014).

“Saya tidak punya akun FaceBook dan Twitter di media” ungkap Abraham dengan tegas saat menyampaikan materi tentang Membangun Supremasi Hukum di Indonesia.

Saat ini terdapat sebanyak kurang lebih 21 akun yang mengaku sebagai Abraham dan selalu menyampaikan aspirasi bahkan janji poitik. Namun hal tersebut dengan jiwa kepemimpinan yang dimiliki, Abraham hanya merespon dengan biasa saja.

Ketua KPK inipun tidak pernah kehabisan kata-kata untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh para peserta kuliah Umum tersebut. Bahkan Abraham Samad menceritakan tentang masa kecilnya sehingga tidak sedikit orang yang ada di gedung tersebut merasa terharu.

Abraham memang terlahir dari keluarga yang biasa saja namun dengan kemauan dan kegigihan serta kejujuran yang senaniasa dipegang teguh Abraham mampu menduduki jabatan selaku ketua KPK.

Pria kelahiran Makassar ini menambahkan bahwa banyaknya akun yang sudah membumi saat ini sebaiknya dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Adapun keberadaan kurang lebih 21 akun yang mengaku sebagai Abraham itu hal yang mustahil karena satu akun pun ketua KPK ini mungkin tdak punya waktu yang cukup untuk menjalankan apalagi kalau sebanyak itu.