Minggu, 26 Oktober 2014

Dr Iftitah Jafar, Gemar Menulis Buku Ala Barat

 

Washilah–Gemar menulis dari masa sekolah dasar, inilah bakat yang memang telah diperoleh Dr Iftitah Jafar Phd dari Tuhan. Ia pun memanfaatkan dengan baik bakat alami yang diperolehnya dengan terus mengasah bakat menulisnya di bangku SMP, SMA hingga saat ia mengenyam studi Magisternya di Mic.Gill University of Canada.

Bakat menulis yang dimiliki Iftitah membuatnya telah berhasil menerbitkan sepuluh buah judul buku yang di terbitkan di dalam dan luar negeri. Buku pertamanya yang berjudul Islam Development A Politico –Religious Response berbahasa Inggris telah terbit di negara bagian Canada dan dipajang di perpustakaan Mic Gill University. Tak hanya dipamerkan, tulisannya juga dipakai sebagai bahan acuan dibangku perkuliahan mahasiswa di Canada.

Selain menerbitkan buku di luar negeri, buku-buku Iftitah digunakan pula Universitas yang ada di Indonesia. Misalnya untuk wilayah Jogjakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar. Buku-buku yang ia hasilkan lebih banyak menyangkut tafsir.

Dr Iftitah yang dulunya kuliah fakultas dakwah dan komunikasi kabupaten Bulukumba ini sudah membaca ribuan buku-buku baik buku dalam negeri maupun buku-buku luar berpengantar bahasa Arab dan Inggris serta buku-buku terjemahan. Ia bahkan memiliki perpustakaan pribadi di rumah sederhananya yang ada di kabupaten Gowa. Ia masih menyimpan rapi semua buku-bukunya yang jumlahnya ribuan. Ia memang sangat gemar membaca. Satu buku akan habis dalam satu malam. Ia pun tak pernah pilih memilah milah jenis buku apa yang harus ia baca. Jika satu buku membuatnya tertarik, maka ia akan sangat serius membaca dan menimba ilmu dari buku yang dibacanya.

Masih sejak kuliah dan bekerja sebagai asisten dosen, Iftitah terus menulis. Berawal dari makalah-makalah yang ia kumpulkan. Setelah itu ia akan menjadikannya satu buku. Satu buku yang ia buat akan memakan waktu hingga tahunan. Ini dikarenakan, ia membuat bukunya melalui penelitian panjang dan mendalami ayat-ayat Al-Quran jika akan membuat buku mengenai tafsir. Semua ia lakukan dengan teliti hingga tercipta buku yang luar biasa.

Bebera judul bukunya seperti Tafsir Ayat Dakwah, Critical Review Of Qur’ Anic Translation Of Ministry Of Religious Affair, Tafsir Modern, Konsep Ibadah dan Dakwah Dalam Al-Qur’ An dan juga Membangun Dakwah Berbasis Al-Qur An serta beberapa buku lainnya. Semua buku yang telah dibuatnya memakan waktu yang tak sebentar. Tak seperti pembuatan buku pada umumnya. Ia lebih menganut tatacara barat dalam membuat buku. Dimulai dari makalah, lantas makalah yang ia buat akan dipresentasikan. Setelah presentasi seluruh isi makalah akan dikritisi dan akan edit ulang. Setelah itu barulah sebuah buku akan tercipta dari tangannya.

Menurutnya membuat buku ala Barat jauh lebih baik karena melalui proses yang panjang namun sangat penuh ketelitian. Berlainan dengan gaya menulis indonesia. Ia mengumpamakan seseorang yang melakukan disertasi di Indonesia. Seseorang yang melakukan disertasi akan menganggap itulah akhir dari penelitiannya. Namun tidak baginya, disertasi merupakan langkah awal karena dari disertasi maka penelitiannya akan dikritisi lalu setelanya barulah akan dikaji ulang dan lebih mendalam.

Selama bertahun-tahun ia membuat buku. Salah satu bukunya yang cukup fenomenal karena mengkritisi terjemahan Al-Quran kementerian agama. buku itu ia selesaikan cukup lama. Ia meneliti setiap terjemahan Al-Quran dan melihat banyak terjemahan yang tak sesuai. Bukunya tersebut telah diterima kementerian dan segera dikembangkan. Menurutnya, bukunya akan menjadi acuan dalam menterjemahan Al-Quran. Walau bukunya itu masih berbahasa inggris, namun saat ini ia tengah mengedit bukunya dan akan menerbitkan dalam bahasa Indonesia.

Dosen yang kini mengajar Ilmu Al-Quran di fakultas dakwah dan komunikasi UIN Alauddin ini masih mempertahankan kehidupan yang sederhana dikesehariannya. Sebuah rumah sederhana dengan pekarangan dipenuhi tanaman di pinggiran kota menjadi tempatnya menuangkan setiap kata-kata di atas kertas putih. Ia tinggal bersama anak dan Istri yang juga dosen pengajar fakultas dakwah dan komunikas mata kuliah komunikasi antarpribadi.

Ia merupakan sosok yang sangat sederhana dan sangat pandai bersyukur. Ini terbukti dengan ketenangannya saat menghadapi masalah. Telah tiga makalah internasional miliknya yang diterima pihak luar namun ia terkendala keluar karena satu dan lain hal yang tak ingin ia beritahukan kepada khalayak banyak. Dua makalahnya diterima Canada dan satu lagi diterima Australia. Berbagai alasan membuatnya tak berhasil keluar membawakan makalah internasionalnya.

Terkendala keluar negeri membawakan makalah internasional tak membuatnya patah arang. Ia masih terus menulis dan tahun depan ia mendapatkan kesempatan membawakan salah satu makalah internasionalnya di negeri tetangga Malaysia. Sebelumnya juga telah tiga kali ia membawakan makalah internasional. Tak hanya itu ia juga pernah membawakan khotbah idul Fitri selama ia di Canada sebanyak tiga kali.

Disetiap langkah dalam hidupnya sangat penuh arti. Iftitah berkuliah sambil mengajar privat dari satu rumah ke rumah lainnya. Menjadi asisten dosen hingga mendapat beasiswa kuliah di luar negeri. Tetesan keringatnya selama ini telah membuahkan hasil melaui banyaknya karya buku yang telah ia terbitkan. bahkan bukunya pun akan memberikan amal jariah untuknya kelak.

Sekian lama menjadi dosen, Iftitah kini memilih mengurangi jadwal mengajarnya. Bukannya tak mau berbagi ilmu, di usianya kini ia memilih untuk terus menulis. Menuliskan buku-buku yang akan dipakai dari generasi ke generasi. Baik bagi mahasiswa-mahasiswa dalam dan luar negeri. Ia ingin menghasilkan banyak karya seperti penulis idolanya. Penulis idolanya tersebut adalah dosen namun memilih berhenti dan membuat ruang bawah tanah tempat menumpahkan banyak pemikiran dan hasil penelitian. Sesekali saja orang tersebut naik kepermukaan dan terus menulis hingga ruangan bawah tanah tempatnya penuh buku-buku layaknya perpustakaan tersembunyi.

Kini Iftitah akan terus menulis namun belum meninggalkan ruang-ruang kuliah tempatnya membagikan ilmu. Mengurangi jadwal mengajar menjadi solusinya agar memiliki banyak waktu untuk selalu menulis. Ia tak mau menghabiskan waktu untuk menghabiskan tenaga mengajar dibanyak perguruan tinggi seperti dosen terkenal lainnya. Menurutnya, apalah arti mengambil job dibanyak tempat namun tak bisa menyisahkan ilmu melalui goresan pena yang akan sangat berguna bagi banyak oramg nantinya.

Tak banyak yang tahu, ia adalah orang pertama yang menggagas perubahan nama IAIN menjadi UIN pada sebuah rapat. Itu masih berada di masa kepemimpinan rektor terdahulu. Ia juga menjadi salah seorang yang berperan penting atas adanya SILE di UIN Alauddin Makassar. Bahkan saat pertama kali munculnya utusan SILE, ialah yang menyambutnya sendiri. Ia pun pernah bekerja di SILE dan memilih untuk berhenti. Ia juga sahabat baik rektor terpilih Prof Faisal Bakti.

Kalian yang penasaran dengan sosoknya mungkin akan sedikit sulit melihatnya. Namun bagi kalian yang merasa mahasiswa dan mahasiswi fakultas dakwah dan komunikasi bisa sekali-kali menemukannya mengajar.

Laporan | Sulkia Reski

Tidak ada komentar:

Posting Komentar