Washilah--Kampus, menurut Prof Dr Qasim Mathar menyerupai bentuk lingkaran, menempatkan mahasiswa di tengah-tengah. Disekelilingnya, kata dia, ada aparatur kampus yang wajib memenuhi segala kebutuhan mahasiswa.
Hal ini ia ungkapkan pada Dialog Anti Pendidikan Represif "Bedah Kasus 23 Oktober 2014" yang digelar di Lecture Teatre (LT) Fakultas Usluhuddin, Filsafat dan Politik. Dia hadir bersama Dr Firdaus Muhammad dan Perwakilan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Muhammad Fajrin. Kamis (30/10)
Alasan Prof Dr Qasim Mathar menempatkan mahasiwa ditengah lingkaran kampus tidak lain karena mahasiswa adalah sebab lahirnya sebuah universitas. "Semua, rektor, wakil rektor, dekan, wakil dekan, dosen, pegawai, security, dan OB, harus mengabdi kepada mahasiwa, karena tanpa mahasiwa tidak akan ada yang namanya kampus," kata dia.
Mahasiswa, kata Guru besar Fakultas Usluhuddin dan Filsafat itu, hanya punya satu tugas. "Mahasiswa hanya perlu membayar SPP," jelasnya. Setelah itu mahasiswa berhak menggunakan segala fasilitas yang ada didalam kampus untuk menunjang kegiatan kurikuler, kokurikukel, dan ekstrakulikuler.
Hal ini ia ungkapkan pada Dialog Anti Pendidikan Represif "Bedah Kasus 23 Oktober 2014" yang digelar di Lecture Teatre (LT) Fakultas Usluhuddin, Filsafat dan Politik. Dia hadir bersama Dr Firdaus Muhammad dan Perwakilan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Muhammad Fajrin. Kamis (30/10)
Alasan Prof Dr Qasim Mathar menempatkan mahasiwa ditengah lingkaran kampus tidak lain karena mahasiswa adalah sebab lahirnya sebuah universitas. "Semua, rektor, wakil rektor, dekan, wakil dekan, dosen, pegawai, security, dan OB, harus mengabdi kepada mahasiwa, karena tanpa mahasiwa tidak akan ada yang namanya kampus," kata dia.
Mahasiswa, kata Guru besar Fakultas Usluhuddin dan Filsafat itu, hanya punya satu tugas. "Mahasiswa hanya perlu membayar SPP," jelasnya. Setelah itu mahasiswa berhak menggunakan segala fasilitas yang ada didalam kampus untuk menunjang kegiatan kurikuler, kokurikukel, dan ekstrakulikuler.
Dalam kegiatan itu, Prof Dr Qasim Mathar menyarankan untuk tetap melakukan aksi hingga birokrasi terguncang. "sekarang hanya mahasiswa yang bisa begerak. tapi ingat jangan samapi tersulut emosi dan berbuat anarkis terlebih dahulu". ia juga menambahkan, bila pihak kampus memulai dengan tindakan anarkis maka lawan saja dengan anarkis pula.
Laporan | Sulkia Reski
Tidak ada komentar:
Posting Komentar