Ilustrasi | Katariau.com |
Proses perkuliahan yang dialami sekarang ini, terutama yang terjadi kepada para mahasiswa baru, banyak mengalami ketakutan atau hanya mengikuti apa yang di kehendaki oleh dosen pengajar. Mahasiswa cenderung lebih banyak menerima terus apa yang di “suap” oleh dosen dan tidak mengaktifkan filter mereka.
Maksudnya, semua perkataan dan keinginan dosen mereka terima, semua di balas dengan anggukan. Tidak menyaring atau memikirkan dahulu, atau ada pula yang masa bodoh.
Sering dialami, dosen menyuruh untuk membeli buku yang berjudul A, lalu mahasiswa serentak membaca buku yang sama. Disini seolah-olah ada pemaksaan kehendak, bahkan dalam urusan bahan bacaan, dan syukurlah jika tak ada unsur dagang pula didalamnya.
Adapula, saat mahasiswa terlambat dan melampaui batas waktu kontrak kuliah, maka otomatis ia telah absen. Lalu bagaimana saat dosen yang terlambat? Segelintir, Alhamdulillah akan tetap konsisten pada kontrak kuliah yang disepakati, namun segelintir lain akan tetap masuk dan memberi sedikit penjelasan. Dalam keadaan begini, mahasiswa berada dalam situasi “maju salah, mundur pun salah”. Membiarkan masuk,artinya sudah tak sesuai pada apa yang disepakati dan akan ada suara-suara protes dari mahasiswa kritis yang tak akan terima. Bila tak masuk akan rugi sendiri, datang sia-sia.
Ini hanya contoh kecil, masih banyak yang sering dialami. Dimana saat mahasiswa mengikuti perkataan sang dosen dan terus menuruti maka imbalannya nilai akan aman. Namun, hanya segelintir dosen pula yang melakukan hal demikian, jangan menyamakan satu dosen dengan dosen yang lain, jangan meng-universalkan sikap mereka.
Maka untuk itu, mahasiswa perlu mengaktifkan filternya saat menerima pelajaran, agar ruang untuk berpendapat tak terbawa dalam arus, hingga hanyut dan menyisakan kata “iya” atau anggukan terus menerus pada perkataan dosen.
Oleh: Selfiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar