Oleh | Muh Fathul Amin
Lord Robert Stevenson Smyth Baden Powel of Gilwell siapa yang tidak mengenal bapak pandu sedunia ini, yang di Indonesia biasa disapa dengan sebutan Baden Powel, sedikit bercerita tentang sejarah founding father of scout (pendiri pandu dunia), Baden Powell dilahirkan di London 22 Februari 1857 adalah seorang tentara Angkatan Darat Inggris yang memulai karirnya sebagai pasukan Hussars ke 13 di India. Sejak itu Baden Powell menunjukkan prestasi yang baik sehingga beberapa wilayah yang pernah menjadi daerah tugas kemiliterannya cukup sukses. Seperti di daerah Afganistan, di wilayah Zulu, Afrika Selatan dan pedalaman Ashanti, bagian negara Ghana, Afrika. Dari pengalaman itu Baden Powell menerbitkan sebuah buku berjudul “Aids To Scouting”. Buku tersebut merupakan kumpulan cerita pengalamannya selama menjalankan tugas sebagai tentara dengan tujuan memberikan petunjuk kepada tentara muda Inggris agar dapat melakukan tugas penyelidikan (investigasi kemiliteran) dengan baik.
Mr. William Smyth adalah seorang pemimpin Boys Brigade (tentara muda) di Inggris menilai buku yang ditulis Baden Powell sangat menarik. Ia kemudian meminta agar Baden Powell bersedia melatih anggotanya. Ketika itu Baden Powell pun langsung menerima tawaran Mr. William Smyth. Dua puluh satu pemuda dikumpulkan dari kesatuan Boys Brigade yang berada diberbagai wilayah di Inggris untuk melakukan perkemahan dalam rangka pelatihan di Pulau Brown Sea yang dilaksanakan pada tanggal 25 Juli – 02 Agustus 1907. Perkemahan di Pulau Brown Sea tersebut menjadi cikal bakal kepanduan dunia dan menjadi kegiatan kepanduan pertama di dunia dalam catatan sejarah.
Di tahun berikutnya Baden Powell berupaya menyebar luaskan organisasi kepanduan ke seluruh dunia dengan cara menerbitkan buku berjudul “Scouting For Boys”. Melalui buku tersebut organisasi kepanduan mulai menyebar dan diterima dengan baik di beberapa negara dunia dibuktikan dengan didirikannya organisasi kepanduan di negara tersebut. Hingga pada puncaknya organisasi kepanduan telah menyebar ke seluruh dunia dengan berbagai tingkatan, yakin CUB yang diartikan sebagai “Anak Srigala” setara dengan golongan siaga (7-10 tahun), Scout Boys setara dengan golongan penggalang (11-15 tahun), Rovers Scout setara dengan golongan Penegak (16-20 tahun) Gerakan Pramuka serta mendirikan pula Girl Guides yang merupakan organisasi kepanduan putri dunia.
Mari kita lirik sejarah pandu di Negara tercinta ini, Penyebaran organisasi kepanduan di seluruh dunia cukup cepat. Di Indonesia, organisasi kepanduan diperkenalkan oleh Bangsa Belanda pada tahun 1912. Organisasi kepanduan bentukan negara Belanda tersebut bernama “Nederland-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV)” yang sebelumnya bernama “Nederlandse Padvinders Organisatie (NPO)”. Sementara organisasi kepanduan yang dibentuk oleh bangsa Indonesia adalah “Javanese Padvinders Organisatie (JPO) atas prakarsa S.P Mangkunegara VII pada tahun 1916.
Organisasi kepanduan begitu diterima dengan baik oleh bangsa Indonesia karena mengedepankan nilai-nilai pergerakan nasional, persatuan dan kesatuan serta patriotisme. Hal tersebut menjadi dasar menjamurnya organisasi kepanduan nasional baik bernafas kebangsaan maupun agama, sehingga mendorong Presiden Soekarno pada saat itu untuk melebur organisasi kepanduan menjadi Gerakan Pramuka akibat dikhawatirkan terjadinya pergolakan politik nasional.
Sejarah pandu sangatlah menarik untuk dikaji baik sejarah pandu dunia maupun sejarah pandu Indonesia yang notabene diperkenalkan oleh Belanda yang menjajah negeri kita kurang lebih 350 tahun lamanya. Tapi toh pandu yang kita kenal sekarang ini dengan sebutan gerakan pramuka bisa diterimah oleh bangsa Indonesia dengan baik, bahkan sekarang peraturan tentang grakan pramuka sudah dicantumkan dalam AD/ART serta Undang-undang No 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka itu sendiri.
Tidak hanya di Indonesia yang mengenalkan kepada generasi-genrasi mudahnya mengenai kepanduan secara cepat, tapi kepanduan atau pramuka ini juga di kenalkan oleh masyarakat Thailand kepada anak-anak usia dini pada jenang sekolah dasar untuk menciptakan generasi bangsa yang bermental kuat, jujur, terampil dan rela bekorban, sesuai dengan sumpah pramuka butir kelima, tidak hanya itu, mereka rela membuat patung dari Lord Robert Stevenson Smyth Baden Powel of Gilwell di sekolah mereka masing-masing demi mengenang jasa bapak pandu sedunia ini, walaupun kostum, gerakan, dan tata cara mereka berbeda dengan Indonesia tapi tujuan mereka memperkenalkan kepanduan kepada generasi muda mereka sama dengan Indonesia.
Kepemimpinan seperti yang dicontohkan Baden Powell menjadi suatu barang mahal untuk diimplementasikan di tengah globalisasi saat ini. Pun Gerakan Pramuka telah menyadari hal tersebut. Kader Gerakan Pramuka di seluruh nusantara mengalami krisis kepemimpinan yang paling subtansi yakni kepemimpinan akan diri sendiri (Self Leadershif) dalam menghalau arus deras globalisasi dan permasalahan pemuda saat ini, seperti seks bebas, narkoba, tawuran dan perilaku amoral lainnnya.
Melihat fenomena tersebut tidak salah jika program revitalisasi Gerakan Pramuka pun digelorakan sebagai upaya membenahi sistem pengaderan Gerakan Pramuka yang memiliki cita-cita luhur dalam membentuk kepribadian bangsa yang kokoh. Fenomena ini telah digambarkan dengan jelas oleh Baden Powell bahwa seorang pemuda memiliki labilitas yang cukup tinggi sehingga perlu dibentengi dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat (Yang dimaksud Baden Powell adalah Kegiatan Kepanduan.)
Peran Gerakan Pramuka dituntut memberikan hasil nyata secara konkret sebagai organisasi yang berorientasi dalam mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosial dan fisiknya untuk menjadikan generasi muda Indonesia lebih baik. Pemuda bangsa sedapat mungkin disulap menjadi seorang pemimpin yang diharapkan kelak menjadi pioner masa depan bangsa.
*Penulis Adalah Mahasiswa UIN Alauddin yang Kini Sedang Berada di Thailand
Tidak ada komentar:
Posting Komentar