Washilah--Pengalaman pertama kali dialami oleh penulis buku best seller 99 cahaya di langit eropa, Hanum S Rais beserta suami yang akrab disapa mas Rangga, saat mengisi acara seminar dan bedah buku. Bagaimana tidak, acara tersebut dihelat di tengah kegelapan. Selasa (22/12).
Bukan karena tema kegiatan ini bergenre horor, akan tetapi acara bedah buku dan film "bulan terbelah di langit Amerika" yang diselenggarakan oleh Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Alauddin Makassar di Ruang Lecture Theater (LT) kampus tidak didukung oleh aliran listrik. Sehingga penerangan ruangan tidak berfungsi dan hanya menggunakan lilin sebagai penerangan darurat.
Panitia sangat menyayangkan hal tersebut. Pasalnya, bukan disebabkan pemadaman oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) seperti biasanya, melainkan disebabkan oleh kelalaian dan kurangnya perhatian dari pengelola gedung dan birokrasi kampus. "Sering sekalimi seperti ini, sudah berapa kalimi kita bikin kegiatan di LT selalunya seperti ini," ungkap Lukman, salah satu pengurus Dema FTK yang juga sebagai panitia pelaksana kegiatan.
Tak hanya panitia, terlebih lagi para peserta yang sejak awal memasuki ruangan LT kampus sudah kepanasan. "Masa' acara nasional seperti ini, sangat memalukan. dan saya rasa sangat mengganggu kegiatan-kegiatan mahasiswa, apa lagi pesertanya kipas-kipas, sangat tidak efektif," tutur Rafiuddin, mahasiswa ilmu ekonomi semester VII.
Tak tinggal diam, panitia langsung sigap menangani hal tersebut. Panitia menggunakan sound system dan Liquid Crystal Display (LCD) proyektor dan mengambil aliran listrik dari Bank Negara Indonesia (BNI) yang ada di sebelah ruangan.
Laporan | Ismail Hamid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar