Kamis, 18 Desember 2014

Hindari Virusnya, Bukan Orangnya

Oleh | Jusfaega Hasyiradhy

Itulah kata yang tepat untuk diucapkan “Hindari Virusnya, Bukan Orangnya,” salah satu kendala dalam pengendalian penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) hingga menyebabkan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah stigma dan diskriminasi. Hal tersebut menjadi kecemasan serta ketakutan terhadap orang dengan HIV-AIDS (ODHA).

HIV merupakan salah satu jenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, pada saat terinfeksi virus tersebut, seseorang akan mengalami penurunan daya tahan tubuh secara perlahan namun pasti. Sedangkan AIDS adalah sekumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya daya tahan tubuh. 

Gejala ini muncul akibat tubuh tidak mampu menghadapi serangan penyakit dari luar. Misalnya, pada orang sehat akan mampu melawan berbagai kuman dan jamur di tubuhnya sehingga tidak menimbulkan penyakit, pada ODHA kuman dan jamur menjadi penyakit yang parah karena tubuh tidak lagi punya kekuatan untuk melawan.

Virus berbahaya yang menimbulkan stigma pada ODHA ini belum ada serum, obat atau vaksin yang bisa membunuh. HIV-AIDS termasuk penyakit menular, hal ini menjadi alasan mengapa ODHA sering dihindari, bahkan dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya. Virus yang sudah ada obatnya saja, orang-orang berusaha keras untuk tidak tertular. Akan tetapi HIV-AIDS penularannya tidak mudah seperti virus flu burung yang bisa menyebar  melalui udara, sehingga penderitanya harus dikarantina.

Penyebab HIV-AIDS dapat melalui heteroseksual serta penggunaan jarum suntik narkoba secara bergantian. Kebiasaan melakukan hubungan seksual bukan dengan pasangan, lesbi, homoseksual menjadi pemicu, menular melalui cairan tubuh yang bertukar, inilah yang terjadi pada kelompok tertentu. Namun, stigma dan diskriminasi di antara kalangan akan terus-menerus terjadi jika tidak diimbangi dengan informasi dan pengetahuan yang memadai. 

Stigma selalu dijadikan senjata utama untuk mengucilkan ODHA, hal tersebut akan membuat tidakan diskriminasi semakin meningakat, olehnya itu diperlukan kerjasama berbagai pihak terkait, baik dari kalangan medis maupun dari pemerhati ODHA. Tekanan yang luar biasa berat, serta beban ODHA yang dipikulnya sudah menjadi sebuah kenyataan yang mereka harus jalani.

Sebaliknya, rasa empatilah dan dukungan harus diberikan, agar mereka bisa berkarya dan tetap menikmati hidup. Dukungan yang kuat dari berbagai pihak baik keluarga, orang sekitar, pelayanan medis, dan terkusus kepada pemerintah, akan menjadi obat mujarab tersendiri bagi kekuatan jiwa untuk melawan penyakit tersebut.

Nyatanya, jumlah penderita HIV-AIDS semakin mengkhawatirkan, data yang dikumpulkan oleh Komisi Penanggulan AIDS Provinsi (KPAP) Sul-sel, dalam lima tahun terakhir penularan HIV-AIDS meningkat signifikan. Telah ditemukan ODHA berstatus sebagai ibu rumah tangga dan anak bayi yang baru lahir, disamping itu penyakit ini sudah menyebar di masyarakat umum.

Dalam satu tahun terakhir, dilaporkan beberapa kantong darah yang dikumpulkan di Rumah Sakit, mengandung virus HIV. Total jumlah penderita yang terdeteksi mencapai 3.134. Berdasarkan data Biro Napza dan HIV-AIDS Sul-sel, dari hasil survei Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, bahwa pengidap penyakit mematikan ini sudah mencapai 80% dari banyaknya penderita di Sulsel, sebesar 3.918 orang pada hasil penelitian 2010. Data tersebut dikutip dari salah satu media online Beritakami.com

Namun, peningkatan jumlah pengidap HIV-AIDS di Sul-sel, 2.711 jiwa hingga tahun 2013 sudah mencapai angka fantastis dari tahun sebelumnya, ada 6.748 jiwa dan masih banyak ODHA yang meninggal dan tidak terdata, diperkirakan mereka malu memeriksakan diri. Hal tersebut dirangkum dari beberapa berita online.

Perlu diketahui bahwa HIV berkembang sangat cepat dan penyebarannya terkadang memunculkan hasil yang tidak perkirakan sebelumnya. Olehnya itu seseorang tidak bisa menghakimi ODHA dengan mengucilkan, meihat tingkat sensitifitas hidup yang sangat genting. Hal yang terpenting adalah dengan tidak menganggap mereka sebagai orang asing, hingga bayang-bayang isu negatif ODHA.

Harusnya, perlakuan ODHA tidak dengan diskriminatif, karena mereka juga layak untuk merasakan hidup sebagaimana mestinya. Maka dari itu, mulai sekarang prinsip yang harus dipegang teguh bahwa, bukan orangnya yang harus dihindari tapi virusnya. 

*Penulis adalah mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat PKIP UIN Alauddin Makassar semester V.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar