Oleh | Sri Yusnidar
Setiap bangsa di negara mana pun yang masih berkembang pasti menghendaki negaranya maju. Namun, dengan adanya Mayarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menghadirkan kerisauan tersendiri bagi Indonesia dalam menghadapi dampak yang akan di hadapinya. Kehadiran MEA tak bisa dihindari, karena negara kita merupakan negara ASEAN. Bebasnya Negara ASEAN masuk di Indonesia mengancam akan terjajahnya kembali negara ini. Meski ada upaya Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dengan mengembangkan produk-produk dalam negeri.
Kaum kapitalis, berpandangan bahwa Sumber Daya Alam (SDA) adalah sumber utama dalam hal kesejahteraan rakyat. Dugaan mereka bahwa baiknya pengolahan SDA pasti memakmurkan negara. Namun, mengapa di Indonesia masih banyak yang miskin? Masih banyak orang di luar sana yang tidak punya tempat tinggal, di luar sana masih banyak yang kelaparan. Katanya, Indonesia kaya akan sumber daya alam, dan ia itu benar, tapi kenapa tidak makmur?. Karena SDA kita yang melimpah ini tidak di tunjang oleh para ahli, justru yang terjadi adalah pemborosan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kini SDA banyak yang habis sia-sia karena faktor human error atau ada kepentingan individu atau kelompok.
SDA tidak di manfaatkan dengan baik karna Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang. Kurangnya SDM ini membuka peluang besar bagi kaum kapitalis yang bergabung dalam ASEAN untuk menanamkan saham-sahamnya dalam negeri. Dan menjadikan warga masyarakat indonesia jadi buruh, di karenakan tingkat pendidikan rendah, pemerintah yang kurang peka, akhirnya negara kita memanfaatkan SDM dari negara lain. Ini pula merupakan salah satu dampak akan di ambil alihnya hak-hak yang harusnya milik negara justru beralih menjadi milik negara lain.
Bisa di bayangkan di Negeri ini begitu banyak sarjana yang di cetak seluruh Universitas di Indonesia, hanya menjadi sarjana pengangguran. Ini di akibatkan kurangnya lapangan kerja. Di sisi lain ketika mereka mau berkarya dalam mengakses SDA, justru di kuasai oleh negara asing, karena mereka tidak cukup modal untuk berkarya. Dan sayangnya, mereka tidak di dukung oleh pemerintah, karena tidak adanya faktor kedekatan pada mereka. Dan lebih parahnya lagi setelah mereka lulus mereka di tempatkan pada posisi yang tidak sesuai ke ahliannya, ini di sebabkan karena para aparat pemerintahan bisa di suap, sehingga posisi yang harusnya di isi oleh ahlinya justru diisi oleh orang yang tidak berkompeten. Dan banyak pula orang pandai di negeri ini yang justru merugikan Negara. Kebobrokan dalam negeri ini harus di tuntaskan.
Pemimpin yang cerdas harus mampu mengatasi semua ini. Menggunakan SDM yang subjektif dalam pemberdayaan SDA. Dengan mengatasi terjadinya perbudakan oleh negara asing. Pemerintah terlebih dahulu mengantisipasinya, dengan cara menyediakan lapangan kerja dan menempatkan para intelektual sesuai ke ahliannya. Karna mustahil orang yang ahlinya di pertanian malah di suruh bekerja pada bagaian administrasi negara. Itu hanya pengandaian. Namun terjadi di negara ini SDA lambat laun akan di kuasai negara lain apabila agen of change atau para intelektual tidak sadar betapa berharganya alam ini.
Penanaman modal asing akan mengerut habis kekayaan alam ini. Kenapa bisa hal ini terjadi, karena hasil-hasil SDA dalam negeri di ekspor dengan harga murah, lalu di impor kembali dengan harga yang lebih tinggi. Negara tidak akan maju jika politik ekonomi di biarkan tumbuh dan berkembang, bukannya membuat maju malah membuat sengsara. Karena harga barang impor mahal, sedang kebutuhan dan keinginan produksi harus terpenuhi.
*Penulis adalah mahasiswa jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi semester IV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar