Sumber:Tribun-Timur.com |
Washilah-Munculnya generasi elit politik tak lepas dari rekruitmen legislasi politik. Dimana pola demokrasi yang sangat bebas menganggap politik uang merupakan suatu hal yang biasa-biasa saja.
Menurut Dr Sabri Ar, korupsi adalah sebuah kejahatan dimana orang Indonesia menjadikannya sebuah budaya. Di Indonesia ada tiga gelombang elit politik yaitu kaum intelektual, kaum militer, dan kaum konglomerasi yang menciptakan ruang-ruang demokratis yang tercerdaskan.
"Jangan bicara idealisme, mari bicara berapa uang dikantong kita," ungkapnya saat menjadi pembicara dalam bincang-bincang anti korupsi di Gedung Auditorium UIN Alauddin Makassar. Selasa (26/05)
Mantan anggota Dewan Perwakikan Rakyat (DPR), Asmin Amin juga menambahkan bahwa partai-partai politik palsu menciptakan politisi-politisi palsu. Mereka adalah pelaku politik yang selalu berpindah-pindah partai. Karena dalam diri mereka tidak ditanamkan sikap konsistensi.
"Konsistensi itu sangat mahal dan gerakan anti korupsi harus di mulai dari diri sendiri," tambahnya.
Selaku utusan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), Iswandi menuturkan pemberantasan korupsi harus di mulai sejak dini dan yang harus di pertahankan sekarang adalah pesantren dan kampus bukan partai politik.
"Partai politik telah gagal mengkader negarawan, tapi lebih banyak mencetak politisi, yang justru menjadi pelaku korupsi," unkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa mengapa KPK ingin di hapuskan, sedang keberadaan lembaga ini adalah untuk mencegah dan menyelesaikan masalah-masalah korupsi yang diakibatkan oleh penegak hukum dan politisi.
Laporan | Sri Yusnidar
Menurut Dr Sabri Ar, korupsi adalah sebuah kejahatan dimana orang Indonesia menjadikannya sebuah budaya. Di Indonesia ada tiga gelombang elit politik yaitu kaum intelektual, kaum militer, dan kaum konglomerasi yang menciptakan ruang-ruang demokratis yang tercerdaskan.
"Jangan bicara idealisme, mari bicara berapa uang dikantong kita," ungkapnya saat menjadi pembicara dalam bincang-bincang anti korupsi di Gedung Auditorium UIN Alauddin Makassar. Selasa (26/05)
Mantan anggota Dewan Perwakikan Rakyat (DPR), Asmin Amin juga menambahkan bahwa partai-partai politik palsu menciptakan politisi-politisi palsu. Mereka adalah pelaku politik yang selalu berpindah-pindah partai. Karena dalam diri mereka tidak ditanamkan sikap konsistensi.
"Konsistensi itu sangat mahal dan gerakan anti korupsi harus di mulai dari diri sendiri," tambahnya.
Selaku utusan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), Iswandi menuturkan pemberantasan korupsi harus di mulai sejak dini dan yang harus di pertahankan sekarang adalah pesantren dan kampus bukan partai politik.
"Partai politik telah gagal mengkader negarawan, tapi lebih banyak mencetak politisi, yang justru menjadi pelaku korupsi," unkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa mengapa KPK ingin di hapuskan, sedang keberadaan lembaga ini adalah untuk mencegah dan menyelesaikan masalah-masalah korupsi yang diakibatkan oleh penegak hukum dan politisi.
Laporan | Sri Yusnidar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar