Diskusi Publik menyambut 60 tahun KAA di ruang LT UIN Alauddin Makassar. Rabu (15/04) |
Washilah-- Dalam rangka menyambut 60 tahun Konferensi Asia-Afrika Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam (FEBI) menggelar diskusi publik bertema "Masihkah Semangat Anti Penjajahan?". Diskusi ini berlangsung di Ruang Leacture Teater (LT) UIN Alauddin Makassar. Rabu (15/04)
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dema FEBI dan Forum Mahasiswa Nasional (FMN) ini menghadirkan tiga narasumber yaitu Budianto SPd MSi (Ketua AGRA Sulsel), Muhammad Ridha SHi MA (Dosen Ilmu Politik UIN Alauddin) dan Aswin Baharuddin SIp MA (Dosen Hubungan Internasional Sosial Politik Universitas Hasanuddin).
Dalam sambutannya, perwakilan FMN Hasan mengatakan bahwa saat ini KAA tidak sesuai atau melenceng dengan tujuan awal pembentukannya yaitu anti kolonialisme dan imprealisme serta mewujudkan kedamaian dunia.
Ketua AGRA Sulsel Budianto berkomentar dalam materinya, masihkah KAA menjadi anti penjajahan atau hanya sebagai instrumentasi dari negara kuasa adidaya.
Sementara Muhammad Ridha menegaskan bahwa KAA bukan hanya anti penjajahan tapi juga anti kapitalisme. "Seperti presiden pertama indonesia yang anti kapitalisme sehingga menolak priport di papua. Dalam hal ini KAA juga memberikan alternatif praktik politik baru dan ilmu baru."
Laporan | Sri Wahyudi Astuti (Mag)
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dema FEBI dan Forum Mahasiswa Nasional (FMN) ini menghadirkan tiga narasumber yaitu Budianto SPd MSi (Ketua AGRA Sulsel), Muhammad Ridha SHi MA (Dosen Ilmu Politik UIN Alauddin) dan Aswin Baharuddin SIp MA (Dosen Hubungan Internasional Sosial Politik Universitas Hasanuddin).
Dalam sambutannya, perwakilan FMN Hasan mengatakan bahwa saat ini KAA tidak sesuai atau melenceng dengan tujuan awal pembentukannya yaitu anti kolonialisme dan imprealisme serta mewujudkan kedamaian dunia.
Ketua AGRA Sulsel Budianto berkomentar dalam materinya, masihkah KAA menjadi anti penjajahan atau hanya sebagai instrumentasi dari negara kuasa adidaya.
Sementara Muhammad Ridha menegaskan bahwa KAA bukan hanya anti penjajahan tapi juga anti kapitalisme. "Seperti presiden pertama indonesia yang anti kapitalisme sehingga menolak priport di papua. Dalam hal ini KAA juga memberikan alternatif praktik politik baru dan ilmu baru."
Laporan | Sri Wahyudi Astuti (Mag)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar