Washilah--Dosen Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Quraisy Mathar SSos MHum melalui akun facebooknya menceritakan secara singkat tentang hubungan manis antara Fakultas Adab dan Humaniora dengan Fakultas Sains dan Teknologi. Ia mengatakan pendirian FST tak lepas dari perjuangan para awak kerja FAH.
"Pagi tadi, Rabu (21/10) kembali ke Fakultas (Fakultas Adab dan Humaniora) untuk menghadiri rapat persiapan forum Asosiasi Dosen Ilmu-ilmu Adab (ADIA). Hp saya bergetar, sebuah pesan singkat dari pimpinan Fakultas berisi penyampaian untuk meliburkan mahasiswa sampai hari Minggu. Padahal hari ini sebetulnya adalah jadwal saya untuk memberi materi kuliah. Tapi menurut saya, sms ini adalah putusan bijak Dekan FAH Pak Barsihannur untuk memberi ruang rehat kepada mahasiswa pasca tawuran kemarin. Wakil Rektor II Prof. Lomba Sultan pun tak kalah cepat merespon dengan memantau dan memerintahkan langsung untuk memperbaiki seluruh kaca gedung FAH yang pecah.
Saat rapat berlangsung, saya secara tak sengaja menemukan sebuah bongkahan batu di laci meja. Waw, lemparan itu bahkan menembus sampai ke lantai II ruang rapat senat. Saya kembali teringat saat awal perencanaan akan dibukanya Fakultas Sains dan Teknologi (FST). Jurusan Arsitek berada dibawah naungan Fakultas Adab dan Humaniora, sambil melakukan proses izin pembukaan jurusan yang lain. Hampir seluruh usul dan proposal dikerjakan di Fakultas Adab dan Humaniora. Bahkan supir Fakultas pun ikut bersaksi bahwa mereka terlibat dalam proses antar mengantar surat perizinan dan proposal permohonan untuk dibukanya FST. Seorang mantan pimpinan FAH bahkan menjelaskan secara detail proses bolak balik kampus 1 dan 2 untuk mengurus berdirinya Fakultas tersebut.
Singkatnya, Fakultas Saintek diinisiasi, digagas, dan diperjuangkan lewat Fakultas Adab dan Humaniora. Lalu tahun berganti, tak banyak lagi yang tahu tentang kisah awal berdirinya FST yang merupakan kerja ikhlas para awak kerja di FAH dulu. Kini, FST sudah besar nan megah serta mewah. Berbeda dengan FAH yang menginisiasinya dulu, kecil terpinggirkan dalam struktur dan geografis.
Posisi FST berdampingan dengan Rektorat, memiliki lebih dari satu gedung dengan 9 jurusan. Bandingkan dengan FAH yang tanahnya hanya selangkah dari tembok kampus yang setengah mati diperjuangkan oleh civitas akademika Fakultas Adab untuk menjadi kepentingan bersama. Karena kurangnya gedung dan masih minimnya prasarana, sebagian mahasiswa pun kembali dikuliahkan di kampus I yang sebetulnya sudah kurang layak menjadi ruang kuliah standar universitas. Singkatnya lagi, FST sudah besar, sementara FAH masih tetap menjadi Fakultas kecil.
FAH sejak dulu selalu menjadi simbol ketenangan dan kebersahajaan. Hampir tak pernah ada gejolak di FAH. Mahasiswanya mungkin hanya 1/4 dari jumlah mahasiswa FST. Artinya, jika FAH kemudian berkecamuk, maka simbol kebersahajaan kampus sebetulnya sudah tak ada lagi.
Sambil menunggu respon dan sikap pimpinan terhadap semua yang telah terjadi kemarin. Saya hanya mau mengetuk rasa seluruh manusia di FST, kawan. Kalian yang hari ini ada di sana, lahir karena keikhlasan kerja orang di FAH. Besarlah terus, karena jika kalian besar kami pasti akan merasa bangga dengan kebesaran kalian.Sebagian dari kalian kemarin memilih untuk menyerbu dan menghancurkan kaca-kaca FAH, namun buat kami, kalian tetap saudara dan anak-anak kami yang mungkin sudah lupa atau memang tak pernah tahu tentan kisah awak keberadaan kalian di kampus UIN Alauddin.
Semoga Tuhan meridhai kalian semua. Lebih perih menahan gempuran batin kerinduan untuk bersama kembali, dibandingkan dengan gempuran batu-batu yang beterbangan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar