Washilah-- Dalam seminar internasional bertajuk "Islamic Economy", membahas tentang Ekonomi Islam dan Ekonomi Kapitalisme di Ruang Rapat Senat Rektorat lantai IV. Seminar ini menghadirkan Prof Dr Golam Reza Mesbahi Moghaddam (anggota parlemen komisi ekonomi, ulama agama, pakar ekonomi dan guru besar Universitas di Iran) dan Prof Dr H Muslimin Kara MAg (guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Alauddin Makassar) sebagai pemateri. Senin (12/10)
Prof Mesbahi dalam materinya memaparkan tentang perbedaan antara ekonomi islam dan ekonomi kapitalisme baik secara ideologi maupun epistimologi. Ia menjelaskan bahwa Allah menginginkan umatnya untuk bahagia di dunia dan akhirat. Ekonomi Islam menyangkut kedua hal tersebut.
"Islam menganjurkan untuk menjadi orang kaya. Setelah kekayaan telah dimiliki, maka harus ada distribusi kekayaan itu secara adil dan menyeluruh," ujarnya dalam bahasa Iran.
Islam berada pada dua aspek yaitu individualisme dan sosialisme dan kedua hal tersebut ada dalam ekonomi islam.
Sementara itu, ekonomi kapitalis menurut ulama agama ini, tujuan hidup yang menganut sistem ekonomi tersebut adalah hanya berorientasi pada keadaan dunia saja. Distribusi kekayaan tidak akan ditemukan pada sistem ekonomi kapitalis. "Yang menjadi pondasi pemikiran ekonomi kapitalis adalah manusia hanya hidup di dunia ini saja, setelah itu tidak ada lagi kehidupan selanjutnya," katanya.
Ia juga menyebutkan bahwa manusia yang menganut ekonomi kapitalis dituntut sebanyak-banyaknya melampiaskan syahwatnya dan melupakan dunia.
Menilik teori Adam Smith yang merupakan salah satu pelopor sistem ekonomi kapitalisme, ketika manusia mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, maka kepentingan umum juga akan terpenuhi. Prof Mesbashi mengatakan teori yang dikembangkan ini kemudian dibinasakan dengan munculnya teori-teori baru.
"Dalam ekonomi kapitalis dan liberalis, dimensi spiritual itu tidak ada maknanya," serunya.
Akhir-akhir ini, lanjut Prof Mesbahi, ada upaya untuk menyelamatkan dunia barat dari kondisi kemiskinan akibat dari sistem ekonomi tersebut dengan mengemukakan teori pemerataan kekayaan untuk menyangkut hidup orang banyak namun belum dinilai berhasil.
Selain menjelaskan secara ideologi, Prof Mesbahi menjelaskan perbedaan sistem tersebut secara epistimologi. Ia mengatakan ekonomi islam bersandar pada akal, wahyu (al-qur'an) dan hadis-hadis nabi. Ekonomi islam juga bersandar pada agama dan sains. Sementara itu, ekonomi kapitalis tidak bersandar pada wahyu dan bersandar pada sains tanpa agama.
"Ekonomi kapitalis hanya bersandar pada akal. Akal yang dimaksud adalah akal yang tidak digunakan untuk menyembah Tuhan," ujarnya.*
Laporan | Nurfadhilah Bahar
Prof Mesbahi dalam materinya memaparkan tentang perbedaan antara ekonomi islam dan ekonomi kapitalisme baik secara ideologi maupun epistimologi. Ia menjelaskan bahwa Allah menginginkan umatnya untuk bahagia di dunia dan akhirat. Ekonomi Islam menyangkut kedua hal tersebut.
"Islam menganjurkan untuk menjadi orang kaya. Setelah kekayaan telah dimiliki, maka harus ada distribusi kekayaan itu secara adil dan menyeluruh," ujarnya dalam bahasa Iran.
Islam berada pada dua aspek yaitu individualisme dan sosialisme dan kedua hal tersebut ada dalam ekonomi islam.
Sementara itu, ekonomi kapitalis menurut ulama agama ini, tujuan hidup yang menganut sistem ekonomi tersebut adalah hanya berorientasi pada keadaan dunia saja. Distribusi kekayaan tidak akan ditemukan pada sistem ekonomi kapitalis. "Yang menjadi pondasi pemikiran ekonomi kapitalis adalah manusia hanya hidup di dunia ini saja, setelah itu tidak ada lagi kehidupan selanjutnya," katanya.
Ia juga menyebutkan bahwa manusia yang menganut ekonomi kapitalis dituntut sebanyak-banyaknya melampiaskan syahwatnya dan melupakan dunia.
Menilik teori Adam Smith yang merupakan salah satu pelopor sistem ekonomi kapitalisme, ketika manusia mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, maka kepentingan umum juga akan terpenuhi. Prof Mesbashi mengatakan teori yang dikembangkan ini kemudian dibinasakan dengan munculnya teori-teori baru.
"Dalam ekonomi kapitalis dan liberalis, dimensi spiritual itu tidak ada maknanya," serunya.
Akhir-akhir ini, lanjut Prof Mesbahi, ada upaya untuk menyelamatkan dunia barat dari kondisi kemiskinan akibat dari sistem ekonomi tersebut dengan mengemukakan teori pemerataan kekayaan untuk menyangkut hidup orang banyak namun belum dinilai berhasil.
Selain menjelaskan secara ideologi, Prof Mesbahi menjelaskan perbedaan sistem tersebut secara epistimologi. Ia mengatakan ekonomi islam bersandar pada akal, wahyu (al-qur'an) dan hadis-hadis nabi. Ekonomi islam juga bersandar pada agama dan sains. Sementara itu, ekonomi kapitalis tidak bersandar pada wahyu dan bersandar pada sains tanpa agama.
"Ekonomi kapitalis hanya bersandar pada akal. Akal yang dimaksud adalah akal yang tidak digunakan untuk menyembah Tuhan," ujarnya.*
Laporan | Nurfadhilah Bahar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar