Ada Apa Di Kampus Berperadaban?
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang mempunyai filosofi sebagai kampus berperadaban. Akan tetapi, untuk menuju kearah berperadaban masih sangat jauh dari harapan seluruh civitas akademika. Mengapa demikian?
Beberapa tahun yang lalu UIN Alauddin begitu dibanggakan baik di dalam maupun di luar kampus karena gedungnya yang begitu megah dengan baluran khas timur tengah. Namun, kebanggan itu lambat laun mulai pudar seiring berjalannya waktu. Gedung berbalut kemegahan itu lantai dan temboknya retak dan atap pun bocor. Air hujan pun tidak segan-segan menerobos ruangan kuliah dan praktikum. Secara otomatis mengganggu aktivitas perkuliahan dan merusak fasilitas seperti AC, komputer dan yang lainnya.
Dilihat dari kacamata orang awam bahwa gedung yang usianya masih muda, tetapi disana-sini sudah didapati ketidakwajaran, maka sudah pasti akan jadi tanda tanya besar. Maka tentunya harus ada pihak yang bertanggung jawab untuk menjelaskan hal tersebut.
Kekurangan Air Dan WC ‘Jorok’
Air merupakan kebutuhan mendasar manusia yang keberadaannya tidak bias ditunda-tunda lagi. Seperti untuk minum, bersuci dan sebagainya. Dan kekurangan air bisa membawa dampak yang sangat luar biasa. Aneh bin ajaib dikala musim hujan tetapi malah kekurangan air, Barangkali itulah kata yang pas untuk menggambarkan kondisi di kampus hijau. Dan tentunya akan jadi sejarah kelabu dalam perjalanan kampus itu sendiri.
Hal yang paling riskan terutama toilet setiap fakultas mengalami kerusakan dan ketidaktersediaan air. Sehingga mengakibatkan bau menyengat dan juga mempengaruhi proses perkuliahan. Terutama ketika mahasiswa ingin buang air, wudhu dan menyangkut penggunaan air. Namun ada hal yang paling riskan ketika toilet setiap fakultas mengalami kerusakan dan ketidaktersediaan air. Sehingga mengakibatkan bau menyengat sehingga mempengaruhi proses perkuliahan. Kebutuhan mendasar pendukung peradaban tidak boleh ditunda keberadaanya. Peradaban akan lahir ketika tidak ada perbedaan antara WC mahasiswa dengan petinggi kampus.
Sinergitas Sistem dan Birokrasi
Kemajuan teknologi untuk membantu manusia dalam memudahkan segala aktivitasnya. Termasuk didalamnya sistem yang telah ada dikampus UIN Alauddin. Akan tetapi, realitas dilapangan tidak demikian. Akibatnya fasilitas-fasilitas yang telah tersedia tidak dimanfaatkan secara optimal. Pihak birokrasi kampus kurang memberi perhatian. Terutama yang bersentuhan langsung dengan kepentingan mahasiswa. Urusan mahasiswa yang semestinya selesai satu hari sampai tiga hari, tetapi malah molor seminggu bahkan sebulan. Hal tersebut karena pegawai tidak memberikan pelayan sepenuh hati kepada mahasiswa. Pelayanan kadangkala mengutamakan unsur kedekatan dan kekeluargaan. Oleh sebab itu, sinergitas sistem berbasis teknologi informasi dan birokrasi harus diterapkan secara menyeluruh.
Pergolakan Politik
Pergolakan politik di UIN Alauddin begitu terasa dan tercium ke publik. Pemilihan rektor dalam waktu dekat ini paling menyita sivitas akademika. Oleh karena, berbagai isu tidak sedap muncul ke permukaan. Dan ditambah lagi adanya dosen yang berstatus PNS dianggap terlibat sebagai tim pemenangan salah satu pasangan capres dan cawapres.
Secara tidak langsung, politik yang mengedepankan kepentingan sesaat membawa dampak yang nyata. Mulai dari kurangnya perhatian terhadap bangunan, prestasi mahasiswa, fasilitas kampus, pelayanan dan hal penting lainnya.
Olehnya itu, pemimpin kampus (baca : rektor) beserta jajarannya harus memberi contoh yang baik kepada mahasiswa. Berpolitik santun dan bersaing secara sehat sesuai etika peradaban. Dan menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan serta pencerahan kepada masyarakat. Jika mengimpikan kampus berperadaban, maka pemimpin harus merasakan berbagai ‘rasa’, aspirasi, kritik dan saran dari semua kalangan. Sivitas akademika UIN Alauddin segera ambil bagian untk membawa kampus kearah yang lebih baik menuju perabadan yang diidamkan.
Syarief Kate
Mahasiswa UIN Alauddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar