Washilah -- Pada Festival Teater Mahasiswa Indonesi (FTMI) Komunitas Seni Adab (KISSA) turut ambil andil dan membawa nama UIN Alauddin Makassar. Pada pementasan teater yang berlangsung selasa (03/06), KISSA membawakan karya dari Anton P Secop dengan judul “Orang Kasar” yang merupakan karya sastra berbahasa Inggris kemudian disadur oleh sastrawan terkenal WS Rendra. Naskah inilah yang kemudian diangkat sebagai cerita oleh Muh Fadlullah selaku sutradara pementasan.
Naskah ini berlatar tahun 80an dengan mengangkat kisah seorang perempuan yang tidak bisa melupakan kepergian suaminya. perempuan ini bernama nyonya Martopo. Ia sangat berduka setelah kepergian suaminya. Saking terpukulnya nyonya Martopo dengan kepergian suaminya, membuat ia tak pernah keluar dari rumah hingga tujuh bulan lamanya. Ia juga tak mau berinteraksi dengan dunia luar. Ia hanya berkomunikasi dengan tiga orang pembantunya dan seorang penjaga kuda.
Sutradara KISSA Muh Fadlullah sendiri menjelaskan makna orang kasar yang menjadi judul pementasan. Menurut Fadlullah, orang kasar menggambarkan tentang seorang penagih hutang yang muncul setelah kematian tuan Martopo unutuk menagih hutangnya senilai Rp 12.000,00.
Semenjak datang, penagih hutang ini bersikap sangat kasar pada nyonya Martopo bahkan sempat mendorong salah seorang pembantu nyonya Martopo. Lalu nyonya Martopo melakukan hal yang sama pula dengan bersikap kasar. Namun kisah berakhir manis karena penagih hutang yang senantiasa bersikap kasar ini jatuh cinta pada sosok nyai Martopo. Begitupun dengan nyai Martopo yang bisa keluar dari keterpurukan sepeninggal suaminya dan menerima cinta si penagih hutang.
Fadlullah sangat puas dengan pementasan KISSA ini. Ia menggap tokoh yang diperankan telah sesuai dengan ekspektasinya. Begitu pun dengan Dian mahasiswa jurusan Bahasa dan Satra Inggris ini mengaku sangat bangga bisa membawakan sosok nyonya Martopo.Dian yang telah bergabung selama dua tahun dengan KISSA ini mengaku senang akhirnya bisa menjadi pemeran utama pada FTMI kali ini.
Menurutnya, memerankan nyonya Martopo itu ada susahnya dan juga ada gampangnya. Menurutnya kesulitan membawa peran utama bisa diatasi dengan latihan selama sebulan dan juga program eksplorasi yang dibuat oleh sutradara agar peran yang dibawakan bisa di jiwai dengan baik.
Laporan Sulkia Reski dan Bela Husdiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar