Ilustrasi kenaikan harga bakso (Was) |
Washilah--Duh... harga Bahan Bakar Minyak (BBM) naik, ada yang menerima, namun tak sedikit pula mahasiswa yang menolak, selain dianggap menyengsarakan rakyat miskin, juga akan berdampak terhadap kebutuhan pribadi. Misalnya saja, makanan.
Tak jarang, banyak mahasiswa yang ngeluh akibat naiknya harga-harga bakso, pangsit, nasi goreng, atau lalapan di cafetaria favorit mereka, Seperti yang dialami Putri, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Perempuan yang hobi nulis cerpen ini mengaku jengkel dengan kenaikan harga makanan di cafetaria. Sampai ia terpaksa ngutang gara-gara uangnya tidak cukup saat bayar di kasir. Pengen tahu gimana ceritanya?
Waktu itu, ia hanya membawa uang pas untuk membeli bakso di cafeteria UIN Alauddin. “Awalnya saya pikir harganya masih Rp 7.000, jadi saya pesan bakso. Nah, habis makan bakso saya langsung bayar di kasir. Eh, ternyata kurang Rp 2000, jadi saya ngutang!,” ceritanya malu-malu.
Tidak Risau
Aktivitas di Kantin Fak Dakwah (Dok.Was) |
Namun, lain lagi dengan Izza, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ini menganggap, naiknya harga makanan di cafetaria wajar-wajar saja.
“Kalau memang harga-harga disana kemudian menyeimbangi atau menutupi naiknya harga BBM, maumi diapa. Cuma itu jalannya para pedagang itu bisa modalnya minimal kembali ataupun untungnya,” kata dia.
Tak hanya itu, Izza juga memandang kenaikan BBM dari sudut pandang Islam loh, yang kata dia, waktu jaman Rasulullah juga pernah mengalami kondisi seperti itu.
“Yang mana pada masa itu, semua harga-harga kebutuhan naik. Masyarakat menghadap kepada baginda Rasul untuk masalah ini. Akan tetapi, Rasulullah hanya menimpali dengan tenang saja, bahwasanya ‘janganlah engkau terlalu risau dengan keadaan yang seperti ini, karena Allah sudah menjamin setiap rezekimu,’”
Laporan | Nurfadhilah Bahar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar