Mandir Ahmad Syafii M Si (sebelah kiri) |
Washilah--Asisten Deputi Bidang Pengembangan Kepemudaan Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Mandir Ahmad Syafii M Si, menilai demonstrasi yang dilakukan mahasiswa merupakan kontrol sosial. Ia juga mengungkapkan kalau semua pemuda harus melakukannya.
“Saya sangat berharap semua pemuda, baik itu Mahasiswa atau organisasi kepemudaan melakukan kontrol sosial seperti halnya demo tapi jangan anarkis,” tuturnya saat menyampaikan materi pada diskusi Grup Pemuda dan Bonus Demografi 2045 yang dilaksanakan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik, bekerjasama Center For Ekonomic and Democracy Studies (20 /11).
Diskusi yang digelar di ruang rapat Dekan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik dengan tema Strategi dan Model Pemberdayaan Pemuda ini, menghadirkan, Prof Dr Arifuddin Ahmad, Mandir Ahmad Syafii M Si, Dr. Sirajuddin SE, dan Zaenal Ula sebagai pemateri.
Meski begitu, Mandir Ahmad Syafii M Si masih menyimpan rasa pesimis terhadap pemuda. “Pemuda hari ini masih belum berbuat apa-apa itu terbukti dengan jumlah pengangguran di masa produktif mencapai 60,5% dari jumlah penduduk yang ada,” kata dia
Lain halnya dengan Dr Sirajuddin SE, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) ini menjelaskan, untuk menembus Demografi di tahun 2045, pemuda harus mencipta bukan menyalin.
Pemuda harus bisa menciptakan lapangan kerja bukan melamar kerja. Apalagi, lanjut Dr Siradjuddin, hal ini guna menghadapi Asean Economic Comunity, jangan sampai Bonus Demografi 2045, tidak menjadi berkah, malah menjadi bencana.
“Tujuan pendidikan untuk mengubah maindset bukan untuk mencari kerja, tapi bagaimana melahirkan sesuatu yang tidak bernilai menjadi bernilai.” Jelasnya.
“Saya sangat berharap semua pemuda, baik itu Mahasiswa atau organisasi kepemudaan melakukan kontrol sosial seperti halnya demo tapi jangan anarkis,” tuturnya saat menyampaikan materi pada diskusi Grup Pemuda dan Bonus Demografi 2045 yang dilaksanakan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik, bekerjasama Center For Ekonomic and Democracy Studies (20 /11).
Diskusi yang digelar di ruang rapat Dekan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik dengan tema Strategi dan Model Pemberdayaan Pemuda ini, menghadirkan, Prof Dr Arifuddin Ahmad, Mandir Ahmad Syafii M Si, Dr. Sirajuddin SE, dan Zaenal Ula sebagai pemateri.
Meski begitu, Mandir Ahmad Syafii M Si masih menyimpan rasa pesimis terhadap pemuda. “Pemuda hari ini masih belum berbuat apa-apa itu terbukti dengan jumlah pengangguran di masa produktif mencapai 60,5% dari jumlah penduduk yang ada,” kata dia
Lain halnya dengan Dr Sirajuddin SE, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) ini menjelaskan, untuk menembus Demografi di tahun 2045, pemuda harus mencipta bukan menyalin.
Pemuda harus bisa menciptakan lapangan kerja bukan melamar kerja. Apalagi, lanjut Dr Siradjuddin, hal ini guna menghadapi Asean Economic Comunity, jangan sampai Bonus Demografi 2045, tidak menjadi berkah, malah menjadi bencana.
“Tujuan pendidikan untuk mengubah maindset bukan untuk mencari kerja, tapi bagaimana melahirkan sesuatu yang tidak bernilai menjadi bernilai.” Jelasnya.
Laporan | Asrullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar