Rabu, 22 Januari 2014

Belajar Dari Keberhasilan Thomas Alva Edison

Penulis: Kartika Yusuf/magang

Menghadapi kehidupan bukanlah hal yang mudah. Terkadang banyak hal-hal yang harus kita lalui. Di antara kita semua mungkin sudah banyak yang mempersiapkan diri untuk hal-hal yang positif. Namun apakah kita pernah pikir bahwa tidak akan bertahan satu tanpa adanya dua. Artinya jika ada positif pasti ada negatif. Begitulah hidup. Kita tidak harus mempersiapkan semua hal yang kita harapkan namun kita juga harus mempersiapkan sesuatu yang tidak kita harapkan.

Jika kita hanya mempersiapkan mental untuk hal yang kita harapkan, akibatnya akan membuat kita stres jika mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkan. Itulah banyak sekali fenomena-fenomena orang bunuh diri gara-gara mereka tidak mampu menghadapi suatu realita tentang kegagalannya, karena kebanyakan dari mereka hanya mempersiapkan keberhasilan atau kesuksesaannya.

Kegagalan adalah langkah yang paling baik menuju kesuksesan. Di antara banyaknya orang yang berhasil saat ini pasti pernah mengalami yang namanya kegagalan. Jadi seseorang yang ingin berhasil maka harus mempersiapkan mental untuk menghadapi yang namanya kegagalan.

Kita melihat keberhasilan dari seorang penemu lampu pijar, Thomas Alva Edision. Di mana Thomas kecil adalah anak yang selalu mendapat nilai buruk sehingga gurunya sering memarahi dan mengejeknya. Dia dianggap sebagai Seorang murid yang terlalu bodoh untuk mempelajari apa saja. Thomas seringkali dipanggil dan mendapat julukan bocah idiot oleh guru dan teman-temannya, hingga akhirnya dia harus dikeluarkan dari sekolah.

Oleh karena itu, ibunya mengajar Thomas sendiri di rumah. Di rumah dengan leluasa Thomas dapat membaca buku-buku ilmiah dewasa dan mulai mengadakan berbagai percobaan ilmiah sendiri. Pada Usia 12 tahun, dia mulai bekerja sebagai penjual koran, buah-buahan dan gula-gula di kereta api. Kemudian dia menjadi operator telegraf, dia pindah dari satu kota ke kota lain. Di New York ia diminta untuk menjadi kepala mesin telegraf yang penting. Mesin-mesin itu mengirimkan berita bisnis ke seluruh perusahaan terkemuka di New York.

Karier penemuan Thomas Alva Edison diawali setelah membaca buku School of Natural karya RF Parker. Buku tersebut isinya tentang petunjuk praktis untuk melakukan eksperimen di rumah, dan Dictionary of Science. Akhirnya sang ibu, Nancy Edison membangunkan sebuah laboratorium kecil untuk Thomas Alva Edison.

Akhirnya Thomas berhasil melewati segala rintangan dan ujian keras yang diterimanya pada masa kecilnya itu. Sang ibu tercinta tidak pernah lelah untuk terus membimbing dan mendidiknya sehingga Thomas berhasil menjadi seorang tokoh di dunia yang disegani hingga sampai saat ini.

Thomas Alva Edison melakukan lebih dari 9.000 percobaan sebelum akhirnya menemukan bola lampu pijar. Bahkan pada saat menemukan bola lampu pijar, dirinya mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali. Baru pada percobaannya yang ke 9.999 dia berhasil secara sukses menciptakan bola lampu pijar yang benar-benar menyala terang. Ia sadar bahwa betapa pentingnya sumber cahaya ini bagi umat manusia.

Thomas Alva Edison menghabiskan 40.000 dollar (senilai dengan Rp.360.000.000,-) dalam kurun waktu 2 tahun untuk percobaan lampu pijar. Sungguh patut direnungkan ketika saat keberhasilan dicapainya. Pada saat keberhasilan itu dicapainya, dia sempat ditanya oleh seseorang ilmuan ternama kala itu, Apa kunci kesuksesannya?. Thomas Alva Edison menjawab dengan nada merendah dan senyumnya yang mempesona banyak orang yang menyaksikan keberhasilannya itu, “Saya sukses karena saya telah kehabisan apa yang disebut kegagalan.”

Kemudian tak lama berselang muncul kembali pertanyaan kearahnya, bahkan saat dia ditanya, Apakan kamu tidak pernah bosan dengan kegagalannya? Thomas Alva Edison menjawab dengan lugas dan cerdas. “Dengan kegagalan tersebut, saya malah mengetahui ribuan cara agar tidak gagal, dan lampu pijar ini bisa menyala.”

Dari kegagalan Thomas Alva Edision dapat kita jadikan sebagai contoh bahwa untuk mencapai suatu kesuksesan maka kita tidak boleh berhenti ketika kegagalan itu datang. Namun justru sebaliknya ketika kegagalan itu ada maka jadikan sebagai tantangan untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan.

Jangan pernah berhenti melangkah, teruslah bergerak. Di saat kita berada pada langkah yang ke-999 dan mulai muncul rasa jenuh maka ingatlah bisa saja di langkah yang ke-1000 kita akan mencapai kesuksesan. Sesungguhnya jika seseorang sering menyatakan menyerah, betapa tidak sadarnya kalau dia begitu dekat dengan titik kesuksesan. Pahamilah bahwa kesuksesan itu harus dibeli dengan seribu kegagalan. Jadi untuk apa takut dengan kegagalan, teruslah berusaha agar kegagalan dapat berubah menjadi kesuksesan. Karena hakikatnya kegagalan awal dari keberhasilan.

Daftar Pustaka
1. sosok.kompasiana.com/2012/06/22/bapak-penerang-dunia-thomas-alva-edison-lampu-pijar-yang-terang-benderang-471757.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar