Terkungkung dalam Alam Imajiner
Aku yang berjalan
Berusaha memasuki ruang hati yang kelabu
Mencoba membawa secuil pelita
Pelita yang untukku sendiri tak mampu menerangi
Dengan seribu rasa gentar yang menggetarkan jiwa
Aku tetap berjalan
Mencoba menemukan apa yang kucari.
Tuhan, tolong.
Beranikan lisan yang capila ini
Hanya satu dua kata yang ingin kulontarkan
Tapi mengapa?
Begitu dahsyat getaran ketakutan ini
Serasa begitu tak ada daya
Ketika mata telah menyatu dengan mata
Ketika waktu yang hanya terhitung mundur
Menunggu detik-detik pengungkapan rasa
Tetapi sekali lagi,
Ribuan rasa gentar kembali menerjang sosok jiwa
Begitu sulitkah terucap?
Bisakah jika hanya kuungkap lewat sepucuk surat?
Atau melalui tangan yang mengisyarat?
Melihat dua bola matanya pun air mataku memanas
Mencoba keluar dari kandangnya
Sekali lagi, ku tahan
Tak ingin ku perlihatkan padanya
Aku, pada titik ini,
Ingin terlihat kuat dan yakin
Bayangan keraguan hanya akan semakin memumpuk kegentaranku
Sekali lagi, aku terkungkung
Terhanyut dalam selimut alam imajiner
Biarkan semuanya terjadi sesuai mauku
Semua yang ku sukai dan ku citai
Yah, semuanya terjadi
Begitu nyata dan indah terasa
Tetapi sekali lagi...
Itu hanya di alam mayaku
Ketika waktu kembali menyadarkanku,
Aku beranjak bangun dan tersadar
Sedari tadi ia menunggu
Dan aku,?
Aku hanya terbata, diam lalu pergi...
Tak ada penyelesaian
Aku hanya bercengkrama dengan alam imajinerku.
Puisi oleh Nurul Is. Wardani
Gambar : Wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar