Gambar : Wordpress.com |
Pagi ini, hanya sayupan burung yang terdengar. Kilauan mentari terus pancarkan berkas cahayanya. Entah mengapa hati ini tetap resah dan penuh kegelisahan, padahal di pagi yang cerah ini telah berkali-kali mengajak ku untuk bernyanyi , menjalani, dan melewati hidup yang penuh kepedihan ini.
Sejengkal kulangkahkan jari-jari kaki yang telah membuatku terjatuh, hinggah kepingan hati hancur lebur di genggam waktu. Ya, waktu telah merubah segalanya hinggah batin ini tak bisa lagi berbuat apa-apa. Waktu memberikan ruang perasaan di hatiku dan waktu pula yang memberikan kehampaan dalam hidupku. Aku benci waktu yang selalu berlalu dan hanya menorehkan kepedihan yang mendalam.
Berkali-kali aku memaksa hati ini untuk melupakannya. Aku tak ingin menggenggam rasa ini terlalu kuat karena aku sadar itu akan menyakitkanku, namun rasa ini juga sulit untuk ku lepas. Mengatakan yang sejujurnya ternyata bukanlah langkah yang tepat. Sekarang aku telah gagal dengan semua yang kulukiskan, orang yang kuanggap sahabat kini telah berubah. Tak ada lagi senyum yang selalu terhias dibibirnya untukku, aku merindukan itu.
Aku merindukan saat-saat bersamanya, namun aku sadar, waktu itu takkan kembali karena aku telah menghancurkan semuanya. Perasaan ini seketika berubah haluan, yang dulunya sebatas sahabat. Saat ini aku benar-benar sesali betapa sayunya hati ini tak bisa lagi menjadi cerita hidupnya.
Kini, sekuat hati aku terus mencoba menjalani getiran risau yang selalu terbayang dalam pikiran, meskipun sayap lebar ini telah patah karenamu, aku tetap berjuang. Aku selalu berharap suatu saat nanti akan datang keajaiban yang menghampiriku untuk mengobati hati yang gundah ini. Karena perasaan ini tak bisa kupungkiri walaupun sejuta kelam datang merayu, hati ini takkan retak untuk terus berharap kepadamu, karena kuyakin perasaan ini tulus untukmu.
Cerpen oleh Kartika Yusuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar