Washilah -- Setelah sukses dalam acara Bedah Buku “Kuntum Sepatu Dea” yang diterbitkan oleh eSA Publishing di Auditorium Kampus II UIN Alauddin Makassar, Hamdan, penulis buku ini ingin segera menggarap novel, Rabu (14/05).
Tokoh yang menjadi salah satu pendiri Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Budaya eSA ini bercerita bagaimana ia memulai karirnya di dunia sastra. Pertama kali menulis pada saat duduk di bangku kuliah semester satu jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik (FFP) UIN Alauddin Makassar.
Esai menjadi salah satu jenis karya yang paling sering ia tuliskan ketika mengawali karir. Setelah itu, ia mencoba beranjak ke jenis sastra lain seperti puisi, dan cerpen. Buku pertamnya, Kuntum Sepatu Dea yang kini telah dicetak 2 kali oleh eSA Publishing juga merupakan kumpulan dari cerpen-cerpen terbaiknya.
Baginya, tak ada genre khusus dalam karya-karyanya. Romance, kritik sosial, bahkan masalah tasawuf pun sering ia angkat dalam berbagai tulisannya. Ia juga mengaku tidak terlalu memikirkan jenis karyanya. “Saya hanya menulis sesuai dengan kemampuan saya. Terserah pembaca yang menggolongkan itu romance, atau tidak” tuturnya. Ia juga memperjelas kata-katanya yang sempat ia ucapkan ketika menyampaikan sambutan di pembukaan acara, bahwa ia mnegutip ucapan dari Albert Einsten “imajinasi lebih penting dari pada pengetahuan”. Katanya, segala karya yang besar lahir dari hasil imajinasi yang besar pula.
Kuntum sepatu dea sendiri merupakan hasil peng-imajineran dari kisah nyata yang dialaminya ketika berkunjung ke Malino. “Saya merasakan kenyamanan yang luar biasa ketika itu, jadi saya berusaha untuk mengabadikanya dengan menulis”. Kebanyakan inspirasi yang ia dapatkan berasal dari pengalaman yang kemudian ia kembangkan ke alam imajiner.
Pria kelahiran 29 April 1974 ini juga berencana untuk segera menggarap novel. Buku keduanya yang akan berisi kumpulan puisi-puisinya dan beberapa karya dari anggota UKM SB eSA juga akan segera ia terbitkan. Ia pun tak terlalu mengedepankan keuntungan dari hasil penjualan bukunya. “keuntungannya hanya digunakan untuk melunasi hutang produksi” tambahnya.
Hingga kini, buku Kuntum Sepatu Dea telah disebar di beberapa Universitas di Kota Makassar. Pria yang mengidolakan Gunawan Muhammad dan Tanto Widjoyo ini juga bermimpi untuk menulis sebuah skrip film.
Laporan | Nurul Is. Wardani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar