Jumat, 06 November 2015

Karaeng Matoaya dan Pattingalloang Diusung jadi Pahlawan Nasional

Int
Washilah--Ada yang berbeda dalam peringatan hari pahlawan yang akan digelar Selasa 10 Oktober 2015 mendatang di Kota Makassar. Selama ini, bangsa Indonesia mengenal Soekarno, Jenderal Sudirman, Bung Tomo, RA Kartini, dan tokoh berpengaruh lainnya sebagai Pahlawan Nasional. Kini muncul dua tokoh paling fenomenal dari Bugis Makassar yaitu Sultan Abdullah Awwalul Islam Karaeng Matoaya dan Sultan Mahmud Abdullah Karaeng Pattingalloang yang akan dimasukkan dalam jajaran pahlawan nasional Indonesia.

Dengan tujuan tersebut, Organisasi Masyarakat Sipil, Yayasan Gemma Nine menggelar Jambore Nasional bertajuk “Reinventing the Unnamed Heroes” di Tanah Karaeng Dusun Allu’ Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa. Jambore yang digelar selama dua hari Minggu-Senin (8-9/10) ini akan dilanjutkan dengan acara puncak budaya sebagai pertanda dimulainya kampanye pahlawan nasional yang baru.

Ketua tim kampanye Sulkia Reski menjelaskan gelar budaya pengusungan pahlawan nasional Indonesia ini rencananya akan dihadiri semua lapisan masyarakat. “Kami mengajak warga Bugis Makassar, Sulawesi Selatan dan seluruh Bangsa Indonesia untuk mendukung Karaeng Mattoaya dan Karaeng Pattingalloang sebagai pahlawan nasional Indonesia yang satu-satunya berlatar belakang Sains dan Tekhnologi,” serunya antusias.

Selain pengusungan kedua tokoh tersebut, tim kampanye juga akan mengusulkan pengembalian nama Benteng Fort Rotterdam (Benteng Ujung Pandang) menjadi Benteng Karaeng Matoaya.

“Ini sebagai bentuk penghormatan terhadap pendiri benteng tersebut (Karaeng Matoaya), dengan bukti-bukti sejarah yang telah kami ungkapkan dalam buku berjudul Sultan Mahmud Abdullah The Great Pattingalloang Cendikiawan Visioner Masa Pra Kolonial (1600-1654),” ujar Mahasiswa UIN Alauddin Makassar ini.

Ia melanjutkan, tulisan Anthony Reid yang berjudul The White Blood Family dan Goenawan Mohamad dalam satu kolomnya di majalah tempo di era 1980-an menyatakan hal yang senada dengan usulan tersebut.

Tak hanya itu, pengusungan dua tokoh pahlawan dan penggantian nama benteng tersebut didukung oleh ahli waris Raja-raja Gowa dan Tallo.

Pada acara puncak gelar budaya, alasan kedua tokoh ini diusung sebagai pahlawan nasional akan disampaikan dalam bentuk pernyataan sikap melalui bukti-bukti sejarah pada pukul 13.00-17.00 di Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam).

Laporan| Nurfadhilah Bahar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar