Washilah--Penonaktifan 12 perguruan tinggi di sulsel tak hanya berimbas pada Universitas swasta saja. UIN Alauddin makassar, kini terancam masuk dalam list penonaktifan tersebut. Diakui Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga Prof Dr Mardan MA, perbandingan rasio yang tidak seimbang antara mahasiswa dan dosen menjadi pemicu utamanya.
"Untuk exact 1:38 dan untuk social 1:49, sementara beberapa jurusan di UIN melebihi batas rasio", ungkapnya.
Meski ketidakseimbangan ini hanya terjadi pada beberapa prodi, jelas saja ini menjadi ancaman terbesar yang akan merugikan banyak pihak terutama dari kalangan mahasiswa. Salah satu yang paling menonjol menurut Mardan yakni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) yang tingkat rasio di empat jurusan mencapai 1:89. Jelas jauh dari batas maksimum.
"Jika dinonaktifkan, mahasiswa yang tengah menjalani perkuliahan tetap lanjut tapi tidak lagi menerima mahasiswa baru. Sementara mahasiswa akhir tidak bisa menerima ijazah sampai syarat terpenuhi,” kata eks Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.
Sementara itu, Dekan FEBI Prof Dr Ambo Asse menjelaskan perbandingan rasio di fakultas tidak seperti yang diperkirakan.
"Di FEBI itu 1:30 dan tidak ada yang berlebih,” ungkapnya.
Dia juga menjelaskan bahwa terdapat empat dosen di FEBI yang baru saja terangkat, begitu juga dengan dosen non-PNS yang tetap terhitung sebagai pengajar.
Tak hanya FEBI, beberapa jurusan di Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Sains dan Teknologi juga diperkirakan mengalami ketidakseimbangan jumlah dosen dan mahasiswa.
Untuk penyelesaiannya sendiri, Mardan sudah meminta dosen non-PNS untuk dibuatkan SK agar terangkat sebelum Januari 2016 "Kalau semua SK sudah keluar kita sudah sehat," tambahnya.
Ancaman penonaktifan ini tidak hanya pada UIN Alauddin saja, tapi semua universitas yang dianggap tidak memenuhi persyaratan dalam perbandingan rasio.
Laporan | Fadhilah Azis dan Ridha Amaliah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar