Ilustrasi | Int |
Kita sering sekali menjumpai kalimat An-nadzaafatu minal iiman. Ya, kata tersebut bukanlah sebuah hadist apalagi salah satu dari ayat Al-Quran melainkan sebuah semboyan yang artinya kebersihan adalah sebagian dari iman. Kita ketahui bersama bahwa seseorang yang melakukan ibadah, harus bersih dari kotoran. Hal itulah yang mungkin menjadi salah satu rujukan sehingga muncullah semboyan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, agar kita dapat selalu menjaga kebersihan.
UIN Alauddin Makassar merupakan salah satu kampus yang berslogan "Kampus Peradaban" tetapi hingga saat ini masih terbelenggu dengan permasalahan sampah. Peradaban artinya kemajuan kecerdasaan dan kebudayaan lahir batin. Tapi bagaimana mungkin sebuah kampus bisa dikatakan berperadaban jika masyarakatnya belum mengerti adab. Seseorang dikatakan beradab apabila telah maju dalam bidang kecerdasan dan kebudayaan secara lahir dan batin.
Melihat fakta dilapangan bahwa masyarakat kampus masih krisis kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu alasan mengapa kampus UIN Alauddin belum bisa terealisasi menjadi kampus peradaban. Masih terdapat banyak sampah bertebaran di lingkungan kampus. Lalu siapa yang harus disalahkan? pihak birokrasi yang tidak peduli dengan kondisi lingkungan atau justeru mahasiswa yang tidak memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan?
Jika kita berjalan keliling kampus, maka sampah adalah hal lumrah yang terlihat dimana-mana. Kita pun seolah-olah buta dengan keadaan seperti ini, menganggap sampah sebagai hal biasa disekitar kita. Padahal, ada banyak penyakit yang dapat ditimbulkan oleh sampah. Jadi, yang mendapat efek buruk dari sampah-sampah bukanlah orang lain melainkan kita semua sebagai masyarakat UIN.
Masalah sampah bukan hal kecil karena dari tahun ketahun permasalahan sampah tidak ada habisnya, meski pihak kampus telah menyiapkan tempat sampah pada tiap fakultas, namun nyatanya kesadaran mahasiswa untuk membuang sampah pada tempatnya masih minim. Pihak kampus pun masih belum maksimal dalam menangani persoalan sampah ini. Padahal jika lingkungan kampus bersih, maka akan membawa energi positif bagi diri kita masing-masing.
Adapun sebuah hadis diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. : "Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi).
Dalam hadis tersebut sangat jelas dikatakan bahwa Allah menyukai kebersihan, maka sebagai mahasiswa dengan label kampus islam yang berada di bawah naungan Kementerian Agama harusnya sangat paham akan hal tersebut. Jadi menurut hemat penulis, dewasa ini kita tidak bisa menyalahkan salah satu pihak saja, baik mahasiswa ataupun pihak birokrasi. Sebab kebersihan merupakan tanggung jawab bersama masyarakat kampus UIN Alauddin.
Kita tidak perlu lagi menunggu siapa-siapa untuk membersihkan lingkungan kampus, marilah menanamkan dalam jiwa semboyang 'Lihat Sampah Ambil' kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar kita menjadi generasi yang tidak hanya punya ilmu secara akademik tapi juga ilmu secara sosial.
Penulis: Nur Isna
Editor: Sri Wahyu Diastuti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar