crayzeebaybiey.blogspot.com |
Namaku Kayla, bulan depan usiaku genap 19 tahun. Saat ini aku sedang fokus menyelesaikan studi di bidang kesehatan salah satu universitas jebolan ibu kota. Meski kuliah di jurusan kesehatan, tapi rupanya minat dan bakatku ada pada dunia jurnalistik. Tidak sedikit orang-orang yang menanyakan tentang itu saat melihat namaku terpampang disebuah media pers mahasiswa karena telah berhasil membuat sebuah berita ataupun karya sastra lainnya.
Hari ini adalah kuliah perdana di semester 4. Seperti kuliahku pada semester-semester lalu, aku tak pernah pusing mempersiapkan apapun sebelum ke kampus. Aku memang terkenal sebagai orang yang sedikit cuek terhadap penampilan dan tak punya sahabat ataupun teman akrab dikampus. Bukan karena aku orangnya susah bersahabat dengan orang lain, hanya saja aku memang sulit mempercayai seseorang untuk terus berbagi cerita denganku. Bagiku sahabat itu adalah hal yang mustahil ada, tak semua orang akan benar-benar ada saat kau butuh dan tak semua orang akan siap menjadi pendengarmu saat kau memang butuh tempat untuk bercerita. Begitupun dengan cinta, bagiku cinta itu hanyalah omong kosong yang hanya membuang waktumu dan mengekangmu dari kata kebebasan.
“Untuk membantu panitia mencukupkan kekurangan dana pada kegiatan ini, mungkin ada baiknya kita akan mengadakan kegiatan penggalangan dana,” ujar ketua panitia.
Dan seluruh peserta rapat yang hadir mengiyakan kata-kata ketua tadi. Malam itu, kami segera menuju ke lokasi penggalangan dana sesuai dengan kesepakatan rapat tadi sore, dan tempat itu adalah lampu merah perbatasan kota yang memang terkenal cukup ramai.
“Aku bantu yah, kamu gak keberatan kan?“
Oh my God, siapa orang ini? Mungkin dia adalah malaikat yang dititipkan Tuhan malam ini. Aku hanya mengangguk pertanda setuju dan menerima bantuan pria tadi.
“Aku lihat daritadi kamu sendirian terus menjajakan minuman ini. Apa gak kesepian tuh? Haha,“ pria tadi membuka pembicaraan sambil menunggu pergantian warna pada traffic light tempat kami berdiri.
“Jadi daritadi kamu memperhatikan aku?,“ aku mulai penasaran dengan pria ini, dan iya hanya mengangguk tanda telah menjawab pertanyaanku. Aku sedikit risih dengan pria ini, tapi karena memang tak punya pilihan akhirnya aku mau saja dibantunya. Daripada aku capek kan? Lumayanlah ada yang mau berbagi denganku.
Tak butuh waktu lama bagi kami untuk menjual minuman ini sampai habis dan ku akui ini adalah hasil usaha dari pria tadi karena aku hanya berdiri dan menerima uangnya, sementara dia sibuk berkeliling menjajakan minuman.
“Kamu sebernarnya siapa sih?“ rasanya ingin sekali menanyakan ini, tapi mulutku seakan terkunci dan tak bisa mengutarakannya. Akhirnya ku urungkan niatku. Ku lihat ia menyeberangi jalan dan bergabung dengan teman-teman anggota persma. Saat itu aku benar-benar yakin dia juga merupakan anggota persma, sama seperti aku dan yang lainnya. Tapi kenapa aku baru melihatnya? Ah, entahlah aku tak mau pusing bertanya pada diriku sendiri dan memilih untuk bertanya pada salah seorang teman. Akhirnya aku tahu kalau pria tadi bernama Kaafa.
“Pulangnya sama aku saja,“ tiba-tiba Kaafa datang dan menarikku menuju motornya. Aku masih diam seribu bahasa, aku yakin siapapun yang melihatku ditarik oleh kaafa pasti mengatakan bahwa Kaafa sedang menarik patung.
“Ayo naik, nanti keburu hujan,“ Kaafa mengingatkanku kalau sebentar lagi akan turun hujan
“Tapi,“ aku mulai berusaha menyadarkan diriku sepenuhnya
“Tapi apa??“
“ Ya udah, pulang yuk!! Jangan kelamaan baper di jalanan.”
“ Jalan baper “
“ Kenapa harus jalan baper? “
“ Supaya kalau aku lewat disini lagi aku jadi ingat kamu “
“ Terserah kamu saja deh. Yang penting kamu senang La, aku juga ikut senang. “
Kaafa kemudian melajukan motornya meninggalkan jalan baper yang mulai diguyur hujan malam itu.
*Penulis adalah salah satu mahasiswa semester tiga jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum
*Penulis adalah salah satu mahasiswa semester tiga jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar