Gedung Rusunawa UIN Alauddin Makassar. (int) |
Washilah—Banyaknya keluhan yang muncul dari mahasiswa terkait kerusakan fasilitas Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa) menjadi pekerjaan rumah yang harus dipenuhi oleh pengelola dan pimpinan UIN Alauddin Makassar. Sebagian besar dari mereka menganggap, bangunan tersebut sudah seharusnya diadakan renovasi untuk kenyamanan penghuninya.
Seperti yang dikeluhkan oleh salah seorang mahasiswa yang tidak mau disebutkan namanya. “Kamar mandi banyak yang bocor, pintu banyak yang rusak juga keran air, belum lagi mesin air yang katanya sudah rusak sejak tiga tahun yang lalu dan sampai sekarang belum mendapat penanganan,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, pihak pengelola Rusunawa Rahman pun angkat bicara. “Saya sering mengajukan pengadaan pada pihak pimpinan dan manajer Pusat Pengembangan Bisnis (P2B) namun tidak ada kejelasan, saya tidak tahu juga apa kendalanya,” kata Rahman.
Sementara itu, Kepala P2B Syamsul Qamar menjelaskan Rusunawa tidak termasuk dalam aset UIN dan kampus tidak memiliki wewenang untuk melakukan perbaikan.
“Pertama Rusunawa itu milik Negara, yang kedua sebagai Negara yang pertama membangunnya, Kemenpera (Kementerian PU dan Perumahan Rakyat) bukan Kementerian Agama. Jadi rusunawa bukan asetnya UIN,” ujarnya.
Sehingga selama ini dari pihak UIN tidak ada tindakan pengadaan tentang hal tersebut, dan sampai Desember 2015 pun Rusunawa masih menjadi milik Kemenpera. Syamsul Qamar juga menambahkan jika selama ini ketika ada kerusakan maka pemeliharaan dan pengadaannya tidak bisa dibiayai oleh Kementerian Agama terutama UIN karena tidak termasuk dalam aset pribadi kampus.
“Semua pembayaran dari Mahasiswa penghuni rusunawa, diserahkan kepada pihak Negara. Karena biaya tersebut juga milik Negara, UIN tidak bisa mempergunakan biaya tersebut karena itu sama sekali bukan wewenang dari pihak UIN,” lanjutnya.
Meski begitu, diawal tahun 2016 nampaknya para penghuni Rusunawa sudah bisa bernafas lega. Pasalnya di tahun ini, Rusunawa telah resmi menjadi aset UIN setelah melalui perbincangan dengan pihak yang berwenang dan akan segera dilakukan renovasi secepatnya.
Laporan | Nurjannah (Mag)
Seperti yang dikeluhkan oleh salah seorang mahasiswa yang tidak mau disebutkan namanya. “Kamar mandi banyak yang bocor, pintu banyak yang rusak juga keran air, belum lagi mesin air yang katanya sudah rusak sejak tiga tahun yang lalu dan sampai sekarang belum mendapat penanganan,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, pihak pengelola Rusunawa Rahman pun angkat bicara. “Saya sering mengajukan pengadaan pada pihak pimpinan dan manajer Pusat Pengembangan Bisnis (P2B) namun tidak ada kejelasan, saya tidak tahu juga apa kendalanya,” kata Rahman.
Sementara itu, Kepala P2B Syamsul Qamar menjelaskan Rusunawa tidak termasuk dalam aset UIN dan kampus tidak memiliki wewenang untuk melakukan perbaikan.
“Pertama Rusunawa itu milik Negara, yang kedua sebagai Negara yang pertama membangunnya, Kemenpera (Kementerian PU dan Perumahan Rakyat) bukan Kementerian Agama. Jadi rusunawa bukan asetnya UIN,” ujarnya.
Sehingga selama ini dari pihak UIN tidak ada tindakan pengadaan tentang hal tersebut, dan sampai Desember 2015 pun Rusunawa masih menjadi milik Kemenpera. Syamsul Qamar juga menambahkan jika selama ini ketika ada kerusakan maka pemeliharaan dan pengadaannya tidak bisa dibiayai oleh Kementerian Agama terutama UIN karena tidak termasuk dalam aset pribadi kampus.
“Semua pembayaran dari Mahasiswa penghuni rusunawa, diserahkan kepada pihak Negara. Karena biaya tersebut juga milik Negara, UIN tidak bisa mempergunakan biaya tersebut karena itu sama sekali bukan wewenang dari pihak UIN,” lanjutnya.
Meski begitu, diawal tahun 2016 nampaknya para penghuni Rusunawa sudah bisa bernafas lega. Pasalnya di tahun ini, Rusunawa telah resmi menjadi aset UIN setelah melalui perbincangan dengan pihak yang berwenang dan akan segera dilakukan renovasi secepatnya.
Laporan | Nurjannah (Mag)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar