Selasa, 29 September 2015

PPL MD Tinggalkan Jejak Positif Masyarakat

Washilah--Acara perpisahan Mahasiswa Praktikum Profesi Lapangan (PPL) Jurusan Manajemen Dakwah (MD)di Desa Bontomanai Kabupaten Maros berlangsung haru, Kamis (17/09).

Acara perpisahan ini merupakan salah satu cara untuk menyampaikan rasa terima kasih para mahasiswa kepada seluruh masyarakat yang ada di sana serta telah memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun.

”Kegiatan adalah wadah untuk menyampaikan rasa terima kasih kami kepada masyarakat atas kesediaanya menerima kehadiran kami selama mengabdi,” ujar Tahmil selaku Koordinator PPL.

Koordinator program Desa Bangkit Sejahtera (DBS) Asrianto yang menjadi sarjana pendamping mahasiswa PPL mengatakan bahwa kehadiran adik-adik PPL dapat memberikan perubahan yang positif kepada masyarakat baik dalam Bidang sosial maupun keagamaan. 

“Pada dasarnya, para orang tua siswa menganggap bahwa membaca dan menulis sudah cukup buat anak-anak mereka, tapi karena bimbingan adik-adik mahasiswa maka mereka paham pentingnya pendidikan di zaman sekarang," ujarnya.

Sedangkan, tambah dia, dalam bidang keagamaan para orang tua maupun pemuda yang jarang sholat berjamaah di masjid sekarang sudah antusias dan aktif.

Acara ini ditutup dengan hiburan yaitu pembacaan puisi dan menyanyi oleh peserta PPL.

Laporan | Seniwati S

Senin, 28 September 2015

Inilah Wisudawan Terbaik UIN Angkatan ke-72

Rektor dan Wakil Rektor 1 foto bersama lulusan terbaik UIN Alauddin Angkatan 72 di Gedung Auditorium. Selasa (29/09)
Washilah--Rektor UIN Alauddin Prof Dr Musafir MSi memberikan cinderamata kepada salah satu mahasiswa lulusan terbaik UIN Alauddin angkatan ke- 72 pada rapat senat terbuka  di Auditorium. Selasa (29/09). Wisuda yang dilakasanakan periode September 2015 ini  menghasilkan diploma, sarjana, magister, dan doktor sebanyak 1113 orang.

Berikut nama-nama alumni terbaik berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi, yaitu, Musmir Haeriah Amd Keb untuk program Diploma (D3) dengan IPK 3,97; 

Muhardi SpdI untuk program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dengan IPK 4.00; Zuhriah SHI Fakultas Syari’ah dan Hukum dengan IPK 4.00; Maghfirah Baharuddin SPt Fakultas Sains dan Teknologi dengan IPK 4.00; Yuliana Jamaluddin SQ Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dengan IPK 3,99; Mustanning Fakultas Adab dan Humaniora dengan IPK 3.95; Sri Wahyuni Mus Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan IPK 3.94; Rama Kandi SE Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dengan IPK 3,93; Harfaina Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dengan IPK 3.86;

Rahmat R SpdI MPdI untuk Program Strata Dua dengan IPK 4.00; 

Dr Abdul Gaffar SThI MthI untuk Program Strata Tiga dengan IPK 3,98.

Laporan | Nurfadhilah Bahar

Rektor UIN Kukuhkan 1113 Wisudawan

Rapat senat terbuka luar biasa UIN Alauddin angkatan ke 72 digelar di Auditorium Selasa (29/09).
Washilah--UIN Alauddin Makassar menggelar rapat senat terbuka luar biasa dalam rangka wisuda ke 72 Periode September 2015. Rektor UIN Prof Dr Musafir MSi mengukuhkan program Diploma (D3), Strata Pendidikan Sarjana (S1), Magister (S2), dan Doktor (S3) sebanyak 1113 Wisudawan.

Acara wisuda untuk periode ini akan digelar selama dua hari, yaitu Selasa-Rabu (29-30/09) di Gedung Auditorium. Wisudawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) sebanyak 253 orang, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) 59 orang, Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) 39 orang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam 113 orang, Program Pascasarjana S2 66 orang, dan wisudawan program pascasarjana S3 sebanyak 61 orang yang dikukuhkan pada Selasa (29/09).

Sementara Wisudawan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) sebanyak 78 orang, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) 112 orang, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) 182 orang, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan sebanyak 151 orang yang terdiri dari Program Sarjana dan Diploma 3 dikukuhkan pada Rabu (30/09).

Prof Dr Musafir MSi dalam menyampaikan pidatonya bahwa ia turut berbahagia dan bersyukur atas keberhasilan yang diraih para wisudawan UIN Alauddin serta seluruh staf pengajar dan karyawan karena wisudwan telah berhasil menyelesaikan studinya dengan baik.

“Kepada kedua orang tua dan keluarga wisudwan dan wisudawat saya turut bersyukur, berbahaga atas keberhasilan yang diraih putra putrinya untuk didik menjadi manusia intelektual,” ucapnya.

Laporan | Nurfadhilah Bahar

Sabtu, 26 September 2015

Refleksi Perjalanan 7 Bulan Sema FTK

sumber: Int
Oleh: Haerul Akbar*

Di tengah hiruk pikuk tentang opini ketidakjelasan Senat Mahasiswa (Sema), maka Sema di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) tetap eksis: menilik dari kondisi realitas, layar Sema Tarbiyah masih terbentang gagah mengimbangi hembusan badai.

Di tengah hiruk pikuk publik kampus UIN Alauddin Makassar tentang eksistensi Sema Fakultas yang katanya tidak jelas dan keberadaannya yang hanya sekadar nama dan justru ada yang berniat untuk menghapus lembaga ini, namun lewat tulisan ini sedikit mengklarifikasi terkait stigma yang telah terbangun tersebut  dengan mencoba memaparkan refleksi perjalanan 7 bulan SEMA FTK dan menjelaskan eksistensi senat mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang sampai saat ini tetap eksis dalam mengawal dan mengawasi lembaga kemahasiswaan ditingkat fakultas.

Sema Fakultas merupakan lembaga kemahasiswaan yang baru lahir tahun ini(2015). Olehnya itu lembaga ini baru mencoba beradaptasi dengan tugas dan fungsinya. Makanya, wajar jika banyak orang yang mempertanyakan eksistensi dan kejelasan tata kerja dari lembaga ini. Jangankan eksternal anggota Sema, bahkan anggota Sema sendiri pun diawal berjalannya lembaga baru ini masih buta akan mekanisme kerja dari lembaga ini.

Banyak yang beranggaapan bahwa Sema berada dalam ketidakjelasan karena pedoman dalam buku saku juga tidak jelas dan tidak terperinci terkait dengan tata kerja Sema, ada yang menganggap karena tidak adanya anggaran dana untuk Sema  dan seterusnya.

Beda halnya bagi Sema di FTK, Sema FTK dari awal memandang bahwa lembaga ini merupakan sesuatu yang sudah sangat jelas dan juga sejak awal kepengurusan sampai saat ini tetap berjalan sesuai dengan fungsinya dan bekerja sesuai dengan tugasnya yang tertera di buku saku dan mungkin hal ini pulalah yang membedakan dengan Sema fakultas lain.

Sema Fakultas Tarbiyah tidak kaku dalam menyikapi buku saku 2014. Memang pada dasarnya buku saku itu tidak menjelaskan sampai pada hal yang paling spesifik namun perlu kita ketahui bahwa sifat dari buku saku itu hanya merupakan gambaran umum. Nah karena hanya merupakan gambaran umum, maka lembaga-lembaga kemahasiswaan dituntut untuk kreatifitas dan menginterpretasi sendiri tentang isi buku saku tersebut sepanjang tidak keluar dari subtansinya yang oleh SEMA fakultas tarbiyah telah menemukan solusi dari berbagai hasil rapatnya yaitu harus dirumuskan dan dilahirkan sebuah juknis Sema yang tetap berpedoman pada hakikat buku saku yang ada.

Buku saku 2014 memang tidak menjelaskan  secara terperinci tentang tata kerja Sema melainkan hanya menjelaskan tentang fungsi, tugas, wewenang, dan pertanggungjawaban Sema. Akan tetapi, bagi Sema di Fakultas tarbiyah dan keguruan mencoba mengeksplorasi akan keempat hal tersebut sehingga ditangan Sema FTK terciptalah juknis yang akan menjadi patokan dalam bekerja dan berkarya yang juga juknis itulah menjadi cikal bakal lahirnya juknis Sema pada BAB II pasal 7 dan 8 pada buku saku terbaru 2015.

Diantara hasil eksplorasi SEMA Tarbiyah ialah membentuk komisi-komisi (lengkap dengan juknisnya yang merupakan cikal bakal lahirnya BAB II pasal 7 dan 8 pada buku saku terbaru 2015). Dalam rapat pembentukan komisi (Selasa, 14/04/2015) ini juga menuai silang pendapat diantara para anggota SEMA Tarbiyah. Ada yang mengatakan jangan ada komisi karena tidak ada dibuku saku 2014 yang menjelaskan tentang komisi dan ada yang mengatakan harus ada komisi supaya pembagian kerja jelas.

Namun, lagi-lagi ketua Sema Fakultas Tarbiyah menjelaskan bahwa “jangan kita terlalu kaku menyikapi buku saku, jangan beranggapan bahwa apa yang dikatakan dibuku saku cukup itu saja dan nggak usah lagi ditambah dan tidak boleh dikurangi, buku saku itu hanya pedoman dan silahkan menginterpretasi sepanjang tidak lari dari maknanya.”

Akhirnya dalam rapat itu diputuskanlah untuk membagi komisi sesuai dengan 3 fungsi Sema dibuku saku 2014. Adapun komisinya yaitu komisi pengawasan, komisi penetap kebijakan, komisi penyalur aspirasi dan ditambah satu komisi disiplin dengan alasan akan memberi sanski bagi pelanggar norma-norma yang telah ditetapkan Sema (walaupun bukan fungsi Sema sesungguhnya).

Pada Komisi-komisi inilah ditunjuk masing-masing ketua dan sekretaris komisi yang akan mengadakan sidang pada masing-masing komisi terkait dengan juknis komisinya dan alhamdulillah melalui rapat pleno (Selasa, 21 April 2015) terkait pembahasan hasil sidang komisi maka juknis itu terlahir dari empat komisi ini yang nantinya akan menjadi patokan dalam bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi Sema yang ada di buku saku 2014.

Setelah juknis ini jadi, oleh Sema FTK melalui hasil rapat setelah sosialisasi juknis kepada Dewan Mahasiswa (Dema) dan para Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ( kamis, 30 April 2015) memutuskan supaya juknis ini ada legitimasi dari pihak fakultas(supaya kuat). Olehnya itu diabadikanlah dalam bentuk tertulis juknis itu yang dibawahnya tersedia kolom tandatangan Wakil Dekan (Wadek) Bidang Kemahasiswaan FTK.

Yang menjadi rintangan bagi Sema Tarbiyah selanjutnya ialah disaat juknis ini tak dilegitimasi oleh Wadek III Fakultas dengan alasan “tata kerja SEMA itu harus sama seluruh fakultas yang ada di UIN. Saya baru mau tanda tangan disaat ada  instruksi dalam bentuk tertulis dari rektorat untuk melegitimasi kamu punya juknis ini.”

Bagi Sema Fakultas Tarbiyah menganggap sikap yang diambil oleh Wadek III itu merupakan sikap cerdas karena beliau juga punya atasan dan harus ada instruksi dari atasannya. Alhamdulillah beliau memberi masukan untuk bertemu dengan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan (Warek III) dan membicarakan hal ini (juknis).

Namun sebelum bertemu dengan Warek III, para anggota SEMA fakultas tarbiyah dan keguruan mengadakan rapat (Jum’at, 22 Mei 2015) tentang tidak lanjut juknis yang telah dihasilkan  dan hasil rapatnya ialah juknis yang telah dihasilkan di tarbiyah rencanaya akan dilempar dan disosialisasikan ke seluruh Sema di fakultas lain untuk disepakati dan setelah disepakati baru dibawa ke Warek III. Alhasil beberapa hari kemudian diadakanlah pertemuan Sema sejajaran UIN Alauddin (29 Mei 2015).

Dalam pertemuan tersebut disampaikanlah berbagai unek-unek dan permasalahan oleh masing-masing ketua Sema fakultas sejajaran UIN Alauddin berkaitan dengan ketidakjelasan lembaga Sema ini. Mendengar unek-unek dan keluhan seluruh ketua Sema tersebut, Ketua Sema FTK tak menganggap itu sebuah masalah dan juga tak menganggap lembaga Sema itu tak jelas karena dari awal apa yang ada di buku saku tentang Sema itu sudah jelas dan hanya butuh juknis kerja supaya lebih operasional dan itu tidak mungkin dijelaskan secara spesifik dalam buku saku karena buku saku itu sifatnya hanya berupa gambaran umum.

Namun yang menjadi permasalahan tersendiri oleh Sema FTK pada saat itu ialah bagaimana agar juknis yang dihasilkan itu punya payung hukum dan ada legitimasi dari pimpinan rektorat ataupun fakultas karena Sema tarbiyah yakin jika juknis itu sudah sah, maka  pasti tata kerja Sema akan lebih jelas dan terperinci sehingga pada rapat itu tampillah Sema  FTK UIN Alauddin sebagai pemberi solusi dari pertemuan tersebut, bahwasanya SEMA fakultas tarbiyah telah merancang juknis tentang ini dan insyaAllah juknis ini akan mengeluarkan dari ketidakjelasan tata kerja SEMA ini. Alhasil juknis itu diterima dan diminta untuk dipaparkan di depan para ketua SEMA sejajaran UIN Alauddin.

Pada hari berikutnya diadakan kembali pertemuan/rapat (kamis, 04 Juni 2015) bersama seluruh ketua Sema se-UIN untuk membahas juknis yang dihasilkan dari Sema Tarbiyah ini. Alhasil keseluruhan juknis hasil buah pikir anggota Sema fakultas tarbiyah dan keguruan ini diterima oleh ketua-ketua SEMA se-UIN dengan tambahan dua poin. Akhirnya juknis itu dibawa ke warek III (Senin, 08 Juni 2015) yang pada saat itu sebagai Warek 3 masih bapak Natsir siola dan mendapat jawaban dari beliau bahwa juknis ini akan menjadi pertimbangan saat rapat bersama para dekan.

Namun sayang seribu sayang juknis itu seakan tak pernah lagi digubris dalam waktu yang relatif lama(kurang lebih 2 bulan). Tetapi sesuatu yang luar biasa disaat terlihat terpampang jelas dalam buku saku terbaru 2015 yang dibagikan ke Mahasiswa Baru (Maba) pada opak kemarin (Selasa, 01 September 2015) bahwa ide-ide yang teman-teman (ketua Sema) perjuangkan itu telah dimasukkan di buku saku terbaru 2015 dalam bentuk pedoman dan 99% sama dengan juknis yang dibuat dan ditawarkan ke warek 3.

Sehingga mohon maaf kalau saya katakan bahwa apa yang tercantum dalam buku saku terbaru 2015 terkait dengan Juknis Sema terkhusus yang ada di bab 2 pasal 7 dan 8 tentang Sema itu merupakan hasil buah pikir yang awalnya berasal dari para anggota Sema Tarbiyah berjumlah 17 orang yang kemudian kami bersama-sama berunding dengan ketua Sema se-UIN untuk membawa ke Warek III dan alhamdulillah dengan jasa para ketua Sema se-UIN, keberadaan lembaga ini sudah semakin jelas tata kerjanya setelah dicantumkan dalam buku saku apa yang menjadi hasrat para ketua Sema.

Saya (selaku ketua Sema FTK) selalu membahasakan kepada para anggota Sema di Tarbiyah bahwa kita harus akui bahwa kita memang belum sempat membangun sebuah bangunan mewah yang dilihat dan dikagumi banyak orang, namun kita harus bangga dan bahagia bahwa kita telah mampu membuat pondasi yang kokoh yang darinya akan terbangun sebuah bangunan indah nan mewah yang akan menjulang tinggi ke langit. Inilah secercah cahaya yang kita persembahkan untuk generasi Sema berikutnya,

Saya rasa itu sebuah progrest dalam sebuah lembaga yang keberadaanya masih layaknya sebagai  bayi (tak tahu apa-apa), sebuah lembaga baru yang dituntut berbuat lebih. Suatu kewajaran jika ditahun pertama ini keberadaaan Sema masih terkatung-katung seperti ini(masih dalam tahap adaptasi) insyaAllah Sema ditahun-tahun berikutnya tak lagi seperti Sema tahun ini. Saya yakin akan jauh lebih baik dengan adanya pondasi yang kami telah bangun ini. Olehnya itu saya katakan bahwa pihak yang mengatakan bahwa kalau bisa Sema dihapuskan saja karena tidak bisa menjalankan tugas dan fungsinya maka saya rasa pernyataan itu pernyataan yang terlalu dini untuk diungkapkan dan belum pantas dikeluarkan untuk saat ini, terkecuali 3 atau 4 tahun ke depan keberadaan Sema masih saja seperti tahun ini, maka saya rasa pernyataan itu sudah pas untuk dilontarkan. Sema sekarang berada dalam tahap perjuangan untuk membangun pondasi untuk generasi Sema tahun-tahun berikutnya.

Apalagi pernyataan itu dijustifikasi juga untuk Sema Tarbiyah dan keguruan.. tunggu dulu, saya dengan tegas mengatakan bahwa Sema Tarbiyah telah menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana yang ada dibuku saku dan itu dibuktikan dengan realitas Sema di Fakultas Tarbiyah dan keguruan yang tetap eksis dalam mengawal kelembagaan mahasiswa ditingkat fakultas.

Pada periode Opak kemarin, Sema Tarbiyah tampil sebagai pengawas dari Dema dan para HMJ. Sema Tarbiyah khususnya komisi penetap kebijakan dan komisi pengawasan telah melahirkan dan menetapkan mekanisme pemilihan ketua tingkat dan sekretaris kelas dan itu telah tersebar ke masing-masing kelas melalui surat edaran Sema.

Kita ketahui bersama bahwa keberadaan ketua tingkat dan sekretaris kelas ini sangat sensitif karena merekalah yang akan menentukan terpilihnya ketua HMJ dan pengurus Sema-F sehingga nantinya ketua tingkat dan perangkatnya akan di-SK-kan oleh dekan melalui perantaraan Sema-F sehingga disaat pemilihan Sema dan HMJ tak ada lagi ketua dan sekretaris-sekretaris kelas gadungan yang memberikan suaranya karena harus dibuktikan dengan SK. Dan Alhamdulillah pemilihan ketua dan sekretaris kelas 80% sudah rampung pada hari senin 07 September 2015 dan 100% rampung pada tanggal 11 September 2015.

Sema Tarbiyah juga telah menjalankan tugasnya dengan baik khususnya dalam komisi pengawasan yang selama ini mengawasi kegiatan kemahasiswaan Dema dan HMJ walaupun masih berjalan kurang optimal. Diantara bentuk pengawasan terhadap kegiatan Dema dan HMJ ialah pengawasan dalam hal kegiatan dan keuangan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus memasukkan surat pemberitahuan ke Sema bahwa kegiatan seperti ini akan diadakan dan nantinya akan mendapat legitimasi dari Sema.

Dalam bidang perencanaan dan penetap kebijakan dari awal kepengurusan Dema dan HMJ, Sema Tarbiyah sudah mengumpulkan seluruh program kerja Dema dan HMJ yang dibahas dalam sebuah rapat di Sema mana yang realistis dan mana yang harus dihapus dan selanjutnya komisi ini menetapkan dan melegitimasi program-program kerja Dema dan HMJ sejajaran Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Dan Alhamdulillah akhir-akhir ini sudah beredar surat instruksi Sema ke Dema dan seluruh HMJ di fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk diadakan sidang berupa evaluasi seluruh kegiatan Dema dan HMJ selama kurun waktu 7 bulan. Inilah realitas Sema Tarbiyah yang keberadaannya tetap eksis karena telah menjalankan tugas dan bekerja sesuai dengan fungsinya walau masih kurang optimal (wajarlah masih awal).

Tak apalah Sema tahun ini menuai kritikan dan panen sangkaan. Namun yang terpenting Sema tahun ini bisa menghasilkan pijakan untuk Sema tahun depan. Sema tahun ini menghasilkan madu sebagai obat untuk keberlangsungan hidup Sema berikutnya.

Untukmu senat mahasiswa yang bermarwah. Sema FTK yang eksistensinya begitu mengagungkan yang darinya lahir berbagai inovasi.

Wallahu A’lam bi Ash-Shawab

*Penulis adalah Ketua Sema Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Kamis, 24 September 2015

Demonstrasi Butuh Orang Cerdas

Sumber: www.sorotgunungkidul.com
*Oleh Fadhilah Azis

Aksi protes terkait diskriminasi dan berbagai kebijakan yang dirasa menyimpang adalah hal lumrah yang dilakukan oleh pemuda bergelar mahasiswa. Mengutarakan aspirasi, menentang perilaku semena-mena para petinggi, serta menyuarakan hak asasi menjadi deretan wajib yang menjadi alasannya.

Mengambil defenisi dari Sidney Hook, bahwa demokrasi adalah menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, setiap keputusan yang diambil harus sesuai dengan kesepakatan dan disetujui  langsung oleh rakyat. Itu dari segi universal, maka mahasiswa mendefenisikannya sebagai persamaan hak dan kewajiban juga perlakuan yang sama bagi semua pihak.
                
Ada juga Undang-Undang no.9 tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum, satu bentuk deklarasi hak asasi manusia. Tapi agaknya, berbagai aturan dan pendapat ini malah berujung pada pola pikir yang konsevatif  dan mulai dominan dikalangan mereka.
                
Penuntutan aspirasi seharusnya memiliki landasan yang kuat, bukan sekedar aksi tanpa pemikiran yang rasional. Setiap permasalahan yang menjadi objek unjuk rasa haruslah jelas, latar belakang dan unsur sebab akibatnya. Melakukan aksi karena ikut-ikutan, ini yang lebih parah. Bekoar-koar memprotes ini itu demi pujian berbau aktivis. Jika memang berpendidikan maka sikapi saja sebagai orang yang berilmu tinggi.
                
Contoh saja kemanikan BBM, kebijakan yang sekali dengar sudah menjadi provokasi bagi mereka untuk turun kejalan dan bertindak anakris. Menghina presiden dengan julukan-julukan tak terpuji, bukankah seseorang yang berpendidikan seharusnya tau bagaimana cara menghormati pemimpin mereka?
               
Kebijakan pemerintah yang memilih mengalokasikan subsidi ke sektor produktif, pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum. Dibanding subsidi BBM yang lebih banyak dinikmati masyarakat atas tanpa peranan penting bagi kestabilan Ekonomi masyarakat menengah kebawah.
                
Membentuk barisan dan menyoraki hak masyarakat kecil atas kenaikan harga sembako sebagai dampak yang mengikutinya. Tapi saat demonstrasi, malah berujung rusuh dan memicu kerusakan bangunan dan fasilitas, kemacetan sepanjang jalan karena penutupan secara paksa, serta bentrok dengan pihak kepolisian atau bahkan warga. Bukankah dengan begitu masyarakat kecil juga ikut merasakan kerugiannya?. Kalau begitu, siapa yang menyoraki dan siapa yang seharusnya disoraki?
                
Ini hanya satu contoh sederhana tentang betapa perlunya pemahaman yang matang dalam setiap aksi demonstrasi. Bukan sekedar ajang penuntutan hak tapi seberapa jauh perubahan positif yang mereka timbulkan. Menghormati bukan berarti dijatuhkan, juga bukan berarti diintimidasi. Menghormati hanyalah bentuk kedewasaan moral yang wajib dimiliki setiap penuntut ilmu.
                
Kata ‘cerdas’ disini juga tidak sebaku kosa katanya, karena orang cerdas adalah mereka yang bisa paham sejauh mana mereka harus berbicara, menyelaraskan pikiran juga perilaku agar bisa berjalan relevan. Mahasiswa adalah tingkat pendidikan tertinggi diantara yang lain, senior yang terlalu sering mengagungkan kata senioritas. Untuk itu, mahasiswa seharusnya menjadi pembawa perubahan dengan ribuan kreatifitas. Bukan perusak yang sibuk menuntut hak tanpa mau melirik kewajibannya


*Penulis adalah mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Rabu, 23 September 2015

Jurusan Non Favorit, WR 1: Beasiswa Hanya Sekadar Pancingan

Ilustrasi (int)
Washilah--Untuk mendongkrak minat pendaftar pada jurusan-jurusan Agama seperti pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UIN Alauddin, pihak rektorat melakukan langkah pemberian beasiswa. Kebijakan ini telah berlangsung selama empat tahun dan dianggap sebagai senjata ampuh. Beasiswa ini diperuntukkan kepada 15 pendaftar ulang pertama prodi kurang peminat. Selain untuk meningkatkan minat pendaftar, beasiswa ini juga ditujukan untuk mahasiswa baru yang lemah dari segi ekonomi.

Mengenai penyaluran beasiswa ini, pihak Akademik telah menyerahkan secara utuh kepada fakultas terkait. “Beasiswa hanya sekadar pancingan saja,” tutur Wakil Rektor bidang Akademik Prof Dr Mardan MA.

Prof Mardan mengatakan untuk mendongkrak peminat calon Maba, bukan hanya dengan beasiswa namun seharusnya juga disertai pemberian motivasi yang lebih terhadap mahasiswa dalam pengembangan jurusan. Ini dilakukan agar mampu lebih efektif menarik minat pendaftar di jurusan tersebut.

Menurutnya, dengan adanya motivasi, masyarakat akan lebih mengenal semua jurusan yang ada di UIN Alauddin. “Seharusnya pimpinan, dosen, jurusan harus lebih dekat dengan mahasiswa, sehingga mereka yang mempromosikan jurusan mereka keluar,” jelas Prof Mardan.

Langkah lain yang dilakukan juga dengan melakukan sosialisasi. Meski, langkah ini diakui belum maksimal. Makanya kata Kepala Biro Administrasi Akademik Dra Nuraeni Gani MM, perlu adanya sosialisasi yang lebih aktif. Serta perlu kiat-kiat dari fakultas bagi prodi lemah peminat. “Perlu mungkin ada kiat-kiat dari fakultas untuk mensosialisasikan prodi yang lemah peminat. Intinya perlu sosialisasi yang lebih aktif lagi di sekolah-sekolah agama, terutama pesantren,” ujarnya.

Melihat hasil yang telah dicapai dari program beasiswa ini, Prof Mardan mengharapkan program tersebut lebih ditingkatkan lagi. Dia juga berharap kepada pimpinan untuk selalu memotivasi mahasiswa. “Semua yang dilakukan saat ini harus lebih proaktif lagi dari sebelumnya,” tandasnya.

Laporan | Sri Wahyudi Astuti/ Nur Zahra Azizah

Lihat Peluang Kerja, Jurusan Agama Rendah Peminat

Washilah—UIN Alauddin menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam favorit yang ada di kawasan Indonesia Timur. Bahkan pada salah satu jalur penerimaan mahasiswa, kampus eks IAIN Alauddin ini menempati peringkat pertama yang paling diminati di seluruh Indonesia, mengalahkan 55 kampus keagamaan Islam lainnya.

Jalur tersebut yakni Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN). Pada jalur tersebut, peminat UIN Alauddin mencapai 20.217. Meski begitu pada hampir semua jalur masuk masih menunjukkan lemahnya minat pendaftar pada jurusan keagamaan.

Kepala Biro Administrasi Akademik Dra Nuraeni Gani MM membenarkan hal tersebut. Ia mengungkapkan bahwa terkhusus Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) memang memiliki banyak prodi yang lemah peminatnya.

“Yang ada di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, ada beberapa prodi, yaitu Ilmu Aqidah, Ilmu Al-qur’an/ Tafsir, Perbandingan Agama, Filsafat Agama,” katanya.

Meski ada tren peningkatan pendaftar, namun tidak semeriah jurusan umum. Dari data yang diperoleh Washilah, salah satu jurusan bahkan hanya punya 5 orang pendaftar saja pada 2012, sebelum akhirnya menjadi 19 pendaftar di tahun berikutnya. Kondisi tidak jauh beda dialami beberapa jurusan yang tergolong non favorit.

Selain di FUF, beberapa jurusan non favorit juga berada di fakultas lain, seperti Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK). Kondisi ini, kata Dekan FUF Prof Dr Natsir Siola MA punya kaitan erat dengan lapangan kerja. Kata dia, masyarakat cenderung melihat orientasi bursa kerja. Kebanyakan masyarakat berfikir pasar kerja setelah mendapatkan gelar sarjana. Peluang kerja menjadi tujuan utama saat memilih jurusan yang ada di Universitas.

“Secara umum masyarakat tidak paham dengan jurusan itu. Salah satu faktor yang membuat peminat melemah,” tutur salah satu alumni jurusan Ilmu Aqidah ini. Jum’at (28/08)

Laporan | Sri Wahyu Diastuti/ Nur Zahra Azizah

Senin, 21 September 2015

Sepak Terjang Flash sebagai LPM FDK

Foto Bersama Lembaga Flash
Washilah--"Flash itu artinya cahaya, karena pada saat mau dikasih nama lembaga, langsung mati lampu. Nah disitu mi berpikir anak-anak bagaimana kalau Flash saja namanya yang artinya itu cahaya. Jadi cahayanya Fakultas Dakwah dan Komunikasi," urai Mantan Ketua Umum Flash, Vhat.

Flash merupakan Lembaga Informatika yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) sejak didirikan pada tahun 2008 lalu. Awalnya, Flash adalah salah satu komunitas di FDK dan sempat menerbitkan Buletin. Salah satu pendiri Flash yakni Novi banyak belajar dan menimba ilmu dengan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Identitas yang berada di Universitas Hasanuddin. Tidak hanya itu, Novi langsung menerapkan apa yang didapatkannya pada Flash. Saat itu, LPM FDK ini dibina oleh Nurhidayat, Ramsiah, Mahmuddin dan Firdaus Muhammad.

Namun seiring berjalannya waktu pada 2011 lalu, Flash mulai meniti regenerasi angkatan pertama yang diketuai oleh Fathul Khair Akmal. Pada saat itu, Flash hanya dikhususkan untuk mahasiswa jurusan Jurnalistik saja. Namun, setelah diadakan Musyawarah Anggota (MUSA), Flash mulai menerima anggota dari semua jurusan yang ada di FDK. Sehingga, pada periode kedua baik itu Manajemen Dakwah (MD), Ilmu Komunikasi (Ikom), Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan Kesejahteraan Sosial (Kessos) sudah bisa bergabung dengan Flash.

Selain itu, pada angkatan kedua juga Flash telah resmi menjadi Lembag. Artinya Lembaga yang dinaungi oleh FDK sekaligus diberikan Surat keputusan (SK) langsung dari Dekan. Dalam Wawancaranya, Vhat juga menuturkan bahwa angkatan pertama buletin Flash Terbit 4 kali dengan biaya patungan dari pengurus.

"Disetiap terbitankan sudah ada penanggung jawab, jadi pasti dibantu dengan pak Hidayat, pak Ujas, karena pada saat itu belum ada anggaran dari Fakultas seperti masih formalitas. Karena di angkatan kedua ini sudah jadi lembaga, setiap mau terbit ada mi anggaran dari fakultas, tinggal kita kasih lihat desainnya kalau jadimi, fixed mi, dikasih ki anggaran, pergi mi cetak. biaya percetaknya 1.300.000 per 300 examplar,” paparnya.

Lembaga Flash tersebut mempunyai tiga divisi. Diantaranya divisi Fotografi, Penerbitan dan Cinematografi yang ruang lingkup liputannya khusus Fakultas, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Rektorat dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LP2M).

Pencapaian Flash pada periode sebelumnya, diantaranya temu dakwah se Indonesia yang UIN Alauddin sebagai Tuan Rumah dengan empat Wartawan dari Flash untuk liputan selama kegiatan itu berlangsung. Selain itu, pada saat kunjungan Dekan dan Dosen FDK ke Pulau Jawa, Flash juga yang dipercayakan sebagai penyampai Informasi disana.

Vhat juga mengatakan prospek kedepannya untuk lembaga Flash harus belajar dari pengalaman kemarin, yang mana Flash hanya nama dan tidak ada realisasinya. "Kedepannya semua Divisi tetap masing-masing mempunyai karya. Artinya, Lembaga hidup dengan karya, begitupun  divisi, seperti divisi Penerbitan tetap saya genjot untuk terbit. begitupun divisi Fotografi untuk pamerannya dan divisi Cinematografi dengan pembuatan Film. Jadi setiap divisi setelah selesai ada karya yang kita lihat," tuturnya.

Diakhir Wawancaranya, Vhat berharap bahwa "Semoga regenerasi berikutnya dia mempunyai kemampuan yang lebih maksimal dari kepengurusan sekarang. Dan harapan saya kepada adik-adik Flash kedepannya semua bisa menguasai penulisan berita, bisa Fotografi bisa juga membuat Film. Artinya tidak hanya fokus pada satu Divisi saja," tutupnya

Laporan | Afrilian Cahaya Putri

Tingkatkan Budaya Literasi Lewat LISH

Gedung Fakultas Syariah dan Hukum
Washilah--Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) telah memiliki Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) tersendiri. Lembaga Informatika Syariah dan Hukum (LISH) dibentuk pada hari Rabu tanggal 1 Maret 2015 lalu.

"JUSTICE NEWS", begitu nama media dari tabloid LISH tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Galang Pratama via SMS bahwa makna dari Justice itu sendiri adalah Keadilan. "Karena kami berasal dari fakultas Hukum yang menjunjung tinggi keadilan. Makanya Lembaga Pers yang lebih kami sepakati adalah berita keadilan atau Justice News," urainya.

Di temui difakultasnya, Iful selaku Pimpinan Redaksi menceritakan latar belakang terbentuknya lembaga ini. “Melihat era globalisasi yang sudah modern dan di kampus sendiri sudah beberapa fakultas yang sudah ada LPM nya, tinggal Syariah dan Hukum yang belum ada. Kemarin inisiatif saya itu, kenapa syariah tidak ada LPM nya? sedangkan ini kan sudah fakultas lama juga. Makanya dari inisiatif itu, kami juga 2 orang punya inisiatif mendirikan lembaga ini," paparnya.

Informasi yang akan diberikan oleh lembaga ini bukan hanya dari dalam kampus saja tetapi mengupayakan juga diluar kampus. Namun, Iful juga menambahkan bahwa Lembaganya saat ini masih melakukan sosialisasi guna memperkenalkan LISH pada mahasiswa dengan mengedarkan Buletin ke seluruh Fakultas.
]
LISH yang beranggotakan 17 orang ini diharapkan mampu memberikan informasi yang menyeluruh dan juga sebagai wadah bagi mahasiswa untuk menuangkan ide-ide dan meningkatkan budaya literasi. “Nantinya akan ada rubrik khusus ruang dosen dan ruang mahasiswa,” ujar mahasiswa semester V ini.

Diakhir wawancara, Iful berharap LISH dapat diterima dengan baik di UIN Alauddin, khususnya di FSH. “Pihak kampus sekiranya bisa memberi masukan dan motivasi untuk kami sehingga kekurangan-kekurangan yang ada bisa diperbaiki,” tutupnya.

Laporan | Afrilian Cahaya Putri


Kacung Intelektual

ilustrasi
 Oleh : Syahroni*

Aku adalah mahasiswa yang termarjinalkan. Jauh dari kawan maupun lawan. Aku bukanlah atasan juga bukan bawahan. Tapi aku adalah jembatan dari keduanya. Aku bingung dengan kampus yang tak lama lagi akan menjadi kakus. Sebuah wadah bagi orang-orang rakus dengan mulut ketus. Rakus dalam kekuasaan dan ketus dalam perkataan.

Hari ini mereka yang entah siapa berkumpul di depan fakultas membawa sehelai kertas. Berisi sebuah kecaman, kritikan, dan makian. Sadar atau tidak mereka terlihat seperti pahlawan kesiangan era sembilan delapan. Mereka secara bergantian menyuarakan suara seolah-olah sebagai bentuk kepedulian terhadap ketidakadilan. Aku yang dari tadi menyaksikan mereka dari jauh bergumam “kasihan kalian”. Barisan robot dengan chip aktivis yang di program dalam bentuk dialektis kritis.  Sementara sang proffesor sebagai pencipta robot duduk dalam laboratorium menikmati secangkir kopi hitam. Sembari menunggu untuk menyusun strategi selanjutnya. Robot dikendalikan melalui remot control dalam saku proffesor.

Aku tersenyum melihat mereka mengendalikan dan dikendalikan. Sebuah tontonan menyenangkan sekaligus menegangkan. Kopi panas yang dari tadi duduk dalam piring kecil menjadi dingin karna  perhatianku fokus pada mereka. Hari ini aku gagal jadi penikmat kopi karna diluar sana ada api. Tapi tidak dengan rokok dalam jepitan jari kananku. Apinya tetap menyala seperti nyala diluar sana. Nikmat rasanya. 
 
*Penulis adalah mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora (FAH)

Harapkan FDK Lebih Baik Melalui Pimpinan Baru

Gedung Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Washilah--Terbatasnya ruang kuliah masih menjadi persoalan utama bagi setiap Fakultas yang ada di UIN Alauddin Makassar, khususnya Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK). Bertambahnya mahasiswa setiap tahun membuat ruang kuliah semakin terbatas. Keterbatasan fasilitas inilah sehingga pihak fakultas menggunakan Gedung Ma’had Aly untuk menunjang proses perkuliahan.

Melihat hal tersebut, Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) FDK Taufiqurrahaman Rasyid menggantungkan harapan besar kepada pimpinan baru FDK. Ia mengatakan perlunya penambahan ruangan untuk perkuliahan, perbaikan fasilitas, penggunaan laboratorium dakwah, serta kualitas dosen pengajar pun perlu ditingkatkan.

Menurutnya, FDK memiliki fasilitas lebih namun tidak pernah digunakan dengan semestinya. ”Laboratorium dakwah, menjadi fasilitas yang sangat sulit untuk digunakan karena perizinan yang sangat sulit untuk masuk lab," tuturnya. Kamis (17/09)

Pria semester tujuh ini menginginkan dalam pengambilan kebijakan bagi mahasiswa, pihak birokrat dapat melibatkan lembaga kemahasiswaan. Kebijakan yang termasuk bagi civitas akademika, bukan hanya dosen atau staf kampus tetapi mahasiswa juga ikut andil dalam hal tersebut.

“Mahasiswa harus ikut andil dalam pengambilan keputusan,” katanya.

Selain itu, besar harapannya agar pimpinan saat ini dapat lebih banyak bergerak, mendengar, dan sedikit berbicara. “Semoga para Wakil Dekan mampu berkolaborasi dengan Dema, HMJ dan sejajarannya. Jangan hanya mengiyakan saja tanpa ada pengaplikasiannya,” tuturnya.

Laporan | Sri Wahyudi Astuti

Minggu, 20 September 2015

Gedung Mah'ad Ali Jadi Tempat Kuliah

Gedung Ma'had Aly
Washilah--Akibat minimnya ruang perkuliahan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), kini Gedung Ma'had Aly II yang berada tepat di samping Cafetaria beralih fungsi menjadi tempat kuliah. 

Menurut Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FDK Dr Nur Syamsiah MPdI, hal tersebut sudah berjalan sebagaimana mestinya. Pasalnya pihak pimpinan fakultas telah melakukan persuratan secara resmi ke pihak rektorat.

"Penggunaan gedung Mah'ad Ali sudah melalui prosedur dan sudah diserahkan kepada fakultas Dakwah untuk dipakai kuliah setelah pihak pimpinan bersurat ke rektorat," urainya.

Ia juga mengaku beralih fungsinya gedung mah'ad ali menjadi ruang kuliah adalah salah satu upaya untuk meminimalisir keterbatasan ruangan di FDK. "Kami berupaya memaksimalkan tempat-tempat yang bisa digunakan untuk kuliah dan kebetulan saat ini gedung tersebut tidak terpakai. Selain itu, pihak fakultas juga sudah melakukan pengadaan kursi dan papan tulis " tuturnya.

Laporan| Nurhidayatillah

Sema, Hanya Sekadar Nama

sumber ilustrasi gambar : http://fh.undip.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/rapat-kerja.jpg
Washilah--Delapan bulan sudah Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas menjadi subsistem kelembagaan non-struktural di UIN Alauddin. Hanya saja eksistensinya masih dipertanyakan. Lantaran kinerja lembaga ini tidak terlihat. Tidak terjalinnya komunikasi dua arah menjadi penyebab tidak adanya kinerja lembaga ini.

Padahal, Sema punya peranan penting sebagai lembaga legislatif di tingkat fakultas. Merencanakan dan membuat kebijakan Lembaga Kemahasiswaan (LK) di tingkat fakultas dan jurusan merupakan salah satu fungsinya. Tidak hanya itu, sebagai pengawas, Sema bertanggung jawab penuh atas seluruh kegiatan yang dilakukan LK.

Tentang tugas, Sema pun seharusnya merumuskan norma yang berlaku di lingkungan lembaga kemahasiswaan. Beberapa tugas dan wewenang lainnya pun merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan. Namun jauh panggang dari api, praktik di lapangan tidak sesuai dengan tugas yang sudah digariskan.

Kurangnya komunikasi antar pimpinan Universitas dan pengurus LK disebut-sebut menjadi biang keladinya. “Sampai sekarang kalau dikatakan kinerja itu belum ada. Karena memang komunikasi dari pimpinan di Rektorat sampai ke Sema itu kan tidak terjalin dengan baik. Akibatnya sampai sekarang untuk berbicara masalah posisi Sema di Fakultas itu tidak jelas,” kata Ketua Sema Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Ahmad Ardiansyah Putra. Rabu (26/08).

Menanggapi perihal posisi Sema, Wakil Dekan bidang kemahasiswaan FDK Dr Usman Jasad menilai kalau pengurus LK seharusnya bersikap progresif proaktif. Dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan seerti tercantum di buku saku. Menurutnya, Sema tidak seharusnya menunggu perintah.

Kendati demikian, Ketua Sema Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Ismail Hamid punya pandangan berbeda. Ia menilai apa yang ada di buku saku hanya menjelaskan secara umum mengenai Sema, tidak secara teknis (Juknis). “Itu sangat penting karena kita berjalan melalui peraturan-peraturan itu, sama saja dengan pihak BEM. BEM itu berjalan dengan juknis,” kata dia.

Wakil Rektor Bidang kemahasiswaan dan kerjasama yang menjabat saat pemberlakuan sistem ini, Prof Dr Natsir Siola turut menyetujui kalau persoalan ini dikarenakan komunikasi yang tidak berjalan baik. Padahal komunikasi timbal balik seharusnya tetap dijalankan. Mengingat ini adalah tugas pihak rektorat untuk mengawasi. Putusnya komunikasi menjadi akar permasalahannya.

Tidak Ada Anggaran
Bukan soal komunikasi saja yang disebut menjadi penghambat untuk melaksanakan kinerja tapi juga karena tidak adanya anggaran. Padahal idealnya, lembaga kemahasiswaan intra kampus seharusnya disiapkan anggaran untuk melakukan kegiatannya.

Alasan ketiadaan anggaran untuk Sema kata Prof Natsir Siola, lantaran lembaga ini baru. Bukan hanya pada namanya, namun juga pada sistem pengambilan keputusan dari pihak pimpinan untuk pemberian dana yang belum direncanakan. Ia mengakui kalau Sema tidak akan berjalan tanpa adanya anggaran, untuk itulah awalnya dana Sema disepakati untuk diambil dari dana kelembagaan di Fakultas.


“Nanti diteknisi, apakah itu dana dari Dema, HMJ, atau diambil dari dana Fakultas. Itu tergantung kebijakan dari pimpinan Fakultas sendiri,” jelasnya.

Tidak adanya anggaran yang disiapkan membuat pengurus Sema berasumsi kalau pimpinan tidak siap membangun sistem baru. “Meskipun senat itu bukan sebagai pelaksana di lapangan, seharusnya ada anggaran yang disiapkan. Jadi saya katakan rektorat sebagai pihak tertinggi belum siap mengadakan lembaga ini,” sesal Ketua Sema FDK Ahmad Ardiansyah Putra.

Senada, Ketua Sema FTK, Ismail Hamid juga berpandangan demikian. Notabenenya kata dia, semua organisasi intra kampus ada jatah anggarannya. “Pernah saya tanyakan ke pihak Fakultas (Tarbiyah dan Keguruan), katanya tidak tahu. Ini sudah kentara, Sema ini tidak jelas,” katanya.

Langkah Konkrit

Melihat kenyataan ini, tidak sedikit yang mengusulkan untuk menghapus lembaga ini jika saja Sema tidak menjalankan fungsi dan tugasnya. Salah seorang yang mengusulkan itu adalah Ketua Dean Mahasiswa (Dema) FEBI Sahiruddin Ali.

Meski begitu ada juga yang mengusulkan untuk melakukan evaluasi. Seperti yang diungkapkan Ketua Sema Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) Saugi Hadi Lukita. Sebab lain dari masalah ini menurutnya, Sema belum ada legitimasi yang kuat dari pimpinan. Makanya diusulkan untuk melakukan regulasi bagaimana senat di legitimasi kembali.

Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan Prof Dr Aisyah Kara PhD akan segera menindaklanjuti masalah tersebut. Saat ini ia masih belum begitu memahami sistem baru yang dijalankan Universitas. Sedianya akan ada pertemuan yang membahas ini meski masih di tingkat universitas. “Setelah itu perwakilan, atau kita kunjungi dengan wakil dekan di setiap fakultas. Saya kira akan ada komunikasi ke depan,” terangnya.

“Jika secara komprehensif hal ini bisa direalisasikan, tentu saja prosedur-prosedur kelembagaan akan semakin baik,” beber Ketua FEBI Rama Kanyang Pandika. Sabtu (29/08).

Sementara itu, Prof Natsir Siola berharap agar Sema tidak hanya sekadar menjadi organisasi yang independen. Tidak berafiliasi pada satu lembaga intra yang ada di kampus namun memosisikan diri sebagai lembaga kemahasiswaan yang memantau sekaligus mengevaluasi kinerja.

Nurfadhilah Bahar/Asrullah

Sabtu, 19 September 2015

Seminar HMJ Fisika Bahas Metode Hisab dan Rukyat

Washilah—Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Fisika Fakultas Sains danTeknologi (FST) menggelar seminar sehari dengan tema  “Metode Hisab dan Rukyat Berdasarkan Tinjauan Fisika, Al-Qur’an dan Hadist sebagai Upaya Penyatuan Ummat”. Kegiatan ini dihadiri oleh Dekan  FST Prof Dr Arifuddin Ahmad M Ag, Ketua Tim Hisab Rukyat UIN Alauddin Makassar Prof Dr Ali Parman MA, Fisikawan Teori Indonesia Dr Abdullah Renreng di Leacturer Teater (LT) UIN Alauddin Makassar, Kamis (17/9).

Ketua HMJ Fisika Fadli Mahawira menerangkan bahwa tema yang diangkat tersebut merupakan situasi yang tengah tergambar saat ini. Yaitu manusia yang seringkali mengalami perbedaan pendapat dalam menentukan hisab.

“Jurusan sendiri memilih mengangkat tema tersebut dengan melihat dari situasi sekarang dimana kita ditempa problematika harus memilih dua pilihan sebagai salah satu sarana umat untuk ikut di dalam menentukan pilihan,” ujarnya.

Tak hanya mahasiswa dari jurusan Fisika sendiri, namun mahasiswa dari perguruan tinggi seperti Unhas, UNM, maupun UNISMUH ikut meramaikan seminar tersebut.
Laporan | Lisa Indrawati

Jumat, 18 September 2015

Refleksi 50th UIN, Rektor Ibaratkan Perjalanan Seorang Tokoh

Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Musafir MSi
Washilah--Tahun 1965, merupakan awal berdirinya IAIN Alauddin yang saat itu hanya mengembangkan program studi yang masih konvensional. Pada fase 1965-2005, IAIN (sekarang UIN) hanya memiliki 5 buah fakultas yaitu Fakultas Ushuluddin, Tarbiyah, Syari’ah, Adab, dan Fakultas Dakwah. Namun, seiring bergantinya perubahan nama dari IAIN ke UIN serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, UIN Alauddin pun berkembang pesat.

Demikian, Rektor UIN Alauddin Prof Dr Musafir MSi menceritakan perkembangan UIN Alauddin secara singkat. “Jadi kalau kita melihat proses berjalan sejarah 50 tahun, itu kelihatan pasang surutnya. Pasang saat mulai berubah IAIN menjadi UIN. Waktu IAIN itu dulu, 3000 mahasiswa sekarang sudah mencapai 24000 mahasiswa. Kan luar biasa itu,” ungkapnya saat ditemui di ruangannya, Selasa (15/09)

Ia mengibaratkan perjalanan UIN Alauddin hingga mencapai ke usia 50 tahun seperti perjalanan seorang tokoh yang pemikirannya telah matang.

“Nah dalam waktu 50 tahun, kalau kita liat perjalanannya UIN, bisa kita ibaratkan misalkan kalau perjalanan seorang tokoh yang sudah sampai usianya 50 tahun, pemikiran-pemikiran tokoh itu sudah sangat matang,” pungkasnya.

Laporan | Nurfadhilah Bahar

Do`a Setelah Sholat Jum`at untuk Bapak Rektorku

Maafkan aku Tuhan, jika pelajaran agama yang kudapatkan di UIN Alauddin agar khusuk dalam sholat tak mampu kujalankan. Sebab panasnya tanah yang kupijak dan teriknya matahari saat melaksanakan sholat jum`at membuat fikiranku  melayang-layang. Kemana rektorku selama ini? tega benar membiarkan civitas akademikanya sholat bersajadahkan tanah dan beratapkan langit  dikarenakan ukuran mesjid tak mampu menampung jamaah.

Tuhan, maafkan aku, tak mampu khusuk dalam sholat jum`atku, mungkin rektorku lagi khilaf, atau sengaja tak mau  sholat jum`at berjamaah di mesjid kampus, karena ukurannya kecil, tak memiliki AC, atau bisa jadi malu sholat bersama mahasiswanya.

Tuhan maafkan aku, tak mampu khusuk dalam sholat jum`atku. Biarkanlah rektorku saja yang sholat  jum`atnya khusuk, agar Engkau membukakan mata dan hatinya untuk memperluas masjid kampus.

Amin.. Amin.. Amin..

Samata, 18 September 2015

Jema'ah tak muat Masjid
Beralaskan tanah beratapkan langit
Ditemani sepatu
Sejadah seadanya

Dibawah terik panas matahari


Untung ada sejadah
Berdo'a
Oleh : Asrullah

Kamis, 17 September 2015

UKM Olahraga Cabang Basket Gelar Pertandingan Basket

Saat Pertandingan Basket sedang Berlangsung di Lapangan UIN Alauddin Makassar. Rabu (16/09)
Washilah--Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Olahraga Cabang Basket adakan kegiatan pertandingan basket antar fakultas yang diselenggarakan di Lapangan Basket UIN Alauddin Makassar dengan mengusung tema “Keep Spirit and Solidarity. Rabu (16/09)

Kegiatan ini berlangsung selama delapan hari pada tanggal 16 hingga 23 september 2015 yang di buka secara resmi oleh Perwakilan dari Ketua Pembina UKM Olahraga, Solo Ridwan.

Kegiatan ini yang diselenggarakan setahun sekali ini bertujuan agar menjalin silaturahmi antar fakultas dan sebagai ajang mengasa bakat mahasiswa UIN Alauddin Makassar, terkhususnya di bidang Olahraga Basket

“Semoga kedepanya  ada bantuan dana, karena terlaksananya kegiatan ini  merupakan sokongan dana dari para panitia sendiri. Besar harapan kami semoga pihak universitas melihat kegiatan kami dan mudah-mudahan tahun depannya ada tambahan dana untuk terlaksananya kegiatan seperti ini lagi, ” kata Solo Ridwan.

Laporan | Syahrul

Wasiat Alm Anre Gurutta KH Lanre Said

Bedah Buku Etta "Meniti di dalam Cahaya" yang di gelar di Gedung Auditorium UIN Alauddin. Kamis (17/09)
Washilah--Alm Anre Gurutta KH Lanre Said berwasiat bahwa ”Jika kalian ingin mengerjakan suatu pekerjaan pertama-tama perbaiki niat dan bila ada rencana ingin mengerjakan pekerjaan berat sebaiknya dirikanlah dulu salat istikhara dan salat hajat 2 rakaat lalu berdoalah meminta petunjuk semoga Allah memberikan kemudahan atas rencananya,” wasiat Almarhum dari pendiri pondok pesantren (ponpes) Darul Huffadh tuju-tuju ini.

Selain itu, almarhum juga berpesan sabar dan bertahanlah dalam menghadapi segala tantangan dan cobaan karena hal itu mutlak adanya.

Almarhum juga selalu mengajarkan untuk selalu berkata benar dan jangan berdusta sekalipun bermain-main. Jika ingin memperluas dan memperdalam ilmu lepaskan sifat kefanatikan dan jangan mau fanatik guru, ulama maupun madzhab.

Almarhum juga menyarankan untuk mempelajari sejarah hukum dan sejarah lainnya yang ada berkaitan dengan Islam dan mengamalkan Al-Qur’an dan Al-Hadist Shahih yang telah dicontohkan atau digariskan oleh Rasulullah SAW beserta para sahabat yang dilalui oleh ahli sunnah dari segi ibadah dan aqidah.

Menurut Pimpinan Pondok Modern Gontot, Ponorogo Jawa Timur, KH Hasan Abdullah Sahal mengatakan bahwa KH Lanre Said adalah seorang kyai yang ikhlas dalam berjuang, tidak hanya mempelajari Al-Qur’an tetapi juga mengamalkannya. Dalam buku tersebut ia juga menuliskan kedermawanan dan pengorbanan dalam perjuangan KH Lanre Said memiliki visi dan wawasan kedepan tetapi tetap berpegang teguh pada sumber hukum syariat Islam yang kuat dan telah diakui banyak orang.

Selanjutnya, menurut Wakil Bupati Bone periode 2013-2018 Drs H Ambo Dalle MM beranggapan bahwa Ustad Lanre Said adalah sosok yang jarang ditemukan bahkan dikalangan ulama sekalipun. Ia juga mengatakan bahwa Lanre Said memiliki prinsip yang kuat hanya untuk Allah SWT dengan doanya yang mustajab.

Tak hanya itu, ia juga memaparkan bahwa semua pondok pesantren terkenal dengan pembayaran bulanan, pemasukan dan berbagai biaya administrasi tetapi Ustad Lanre Said sangat berbeda. Tanpa donator, tanpa bayaran ratusan santri-santrinya, tanpa meminta-minta. Hal ini memperlihatkan kekuasaan Allah SWT pondok pesantren Darul Huffad berjalan atas kehendak Allah SWT. Tambahnya, pantaslah sosok panutan bagi siapapun yang ingin berjuang di jalan-Nya.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia / Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (DPD RI/MPR RI) periode 2014-2019, DR Adjieng Padindang SE MM berpendapat bahwa Petta begitu sapaan Lanre Said baginya adalah tokoh karismatik dari tanah bugis.

Hal inilah yang di perbincangkan dalam Bedah Buku Etta “Meniti di dalam Cahaya” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tafsir Hadist (TH) dan Ikatan Keluarga Darul Huffadh (IKDH) di Gedung Auditorium UIN Alauddin. Kamis (17/09).

Penyelenggara dalam kegiatan ini mengundang Dr Moch Sabri AR (Ketua Tim Penulis Buku “Etta”), Prof Hamdan Juhannis PhD (Narasumber Buku “Etta”), dan Zulfahmi Alwi PhD (Pembina IKDH Makassar), dan Muh Basri (Wartawan Senior Harian FAJAR) sebagai pemateri.

Laporan | Andriani

HMJ TH Kenalkan Sosok Alm Anre Gurutta KH Lanre Said

Bedah Buku Etta "Meniti di dalam Cahaya" yang di gelar di Gedung Auditorium UIN Alauddin. Kamis (17/09)
Washilah--“Hidup kita tidak akan pernah berhenti belajar karena kapan kita tidak mampu untuk bersaing dan berinovasi juga membangun masyarakat akan ditindas oleh orang yang lebih berfikir maju,” papar Zulfahmi Alwi PhD saat memberikan materi pada bedah buku Etta “Meniti di dalam Cahaya”. Kamis (17/09).

Zulfahmi Alwi sebagai salah seorang murid Alm KH Lanre mengatakan bahwa dalam tradisi bugis, anre gurutta adalah sosok bangsawan sederhana dan tidak membanggakan status sosial. “Etta selalu peduli dengan orang lain, sederhana, dan juga tegas,” tutur pria yang menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Alauddin.

 “Contohi orang dalam  bersikap dan berperilaku. Karena ada prinsip mengatakan jangan percaya pada siapapun. Inikan sangat berbahaya,” jelasnya.

Redaktur opini dari Harian Fajar, Muh Basri mengungkapkan banyak hal menarik yang dapat diulas dalam buku Etta. “Waktu, Angka 7, diantaranya dijadikan desa tuju-tuju, pesantren didirikan pada tanggal 7 dan pukul 7 dan kata Insha Allah menurut saya menarik dalam buku ini,” papar Wartawan senior ini.

Alumnus Universitas Hasanuddin ini menambahkan bahwa terdapat klimaks dari sebuah doa. “Setelah kita niat dan yakinkan lalu berusaha, percayalah klimaks dari semua adalah berdoa,” ucapnya.

Buku “Etta” merupakan biografi seorang ulama bugis, Alm Anre Gurutta KH Lanre Said yang juga pendiri pondok pesantren (ponpes) Darul Huffadh tuju-tuju.

Acara ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tafsir Hadist (TH) dan Ikatan Keluarga Darul Huffadh (IKDH) yang berlangsung di Gedung Auditorium UIN Alauddin.

Pemateri dalam kegiatan ini diantaranya, Dr Moch Sabri AR (Ketua Tim Penulis Buku “Etta”), Prof Hamdan Juhannis PhD (Narasumber Buku “Etta”), dan Zulfahmi Alwi PhD (Pembina IKDH Makassar), dan Muh Basri (Wartawan Senior Harian FAJAR).



Laporan | Andriani

Jadi Pribadi Lebih Baik, HMJ TH Gelar Bedah Buku

Bedah Buku Etta "Meniti di dalam Cahaya" yang di gelar di Gedung Auditorium UIN Alauddin. Kamis (17/09)
Washilah----Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tafsir Hadist (TH) dan Ikatan Keluarga Darul Huffadh (IKDH) menggelar bedah buku Etta, “Meniti di dalam Cahaya” di Gedung Auditorium UIN Alauddin. Kamis (17/09).

Penyelenggara dalam kegiatan ini mengundang Dr Moch Sabri AR (Ketua Tim Penulis Buku “Etta”), Prof Hamdan Juhannis PhD (Narasumber Buku “Etta”), dan Zulfahmi Alwi PhD (Pembina IKDH Makassar), dan Muh Basri (Wartawan Senior Harian FAJAR) sebagai pemateri.

Dalam sambutannya, Ketua Ikatan Keluarga Darul Huffadh (IKDH) Muhammad Asriadi mengatakan bahwa ilmu yang dimiliki masing-masing individu  harus mampu di upgrade. “Sangat penting dan sangat luar biasa, bukan hanya membedah buku ataupun diambil pelajarannya tetapi lebih kepada bagaimana menjadikan pribadi yanglebih baik,” jelasnya.

Ia juga berharap bahwa peserta bedah buku ini dapat mengambil pelajaran yang ideal dan menjadi intelektual organik.

Buku “Etta” merupakan biografi seorang ulama bugis, Alm Anre Gurutta KH Lanre Said yang juga pendiri pondok pesantren (ponpes) Darul Huffadh tuju-tuju.

Zulfahmi Alwi sebagai salah seorang murid Alm KH Lanre mengatakan bahwa “Hidup kita tidak akan pernah berhenti belajar karena kapan kita tidak mampu untuk bersaing dan berinovasi juga membangun masyarakat akan ditindas oleh orang yang lebih berfikir maju,” paparnya dalam materi tersebut.


Laporan | Andriani

"Etta" Biografi Sang Bijaksana Lokal

Wartawan Senior Harian Fajar Muh Basri sedang membedah buku Etta "Meniti di Dalam Cahaya" di Auditorium, Kamis (17/09). Buku ini mengulas biografi pendiri pondok pesantren Darul Huffadil Tuju-tuju Alm Anre Gurutta KH Lanre Said.
Washilah--Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tafsir Hadist dan Ikatan Keluarga Darul Huffadh (IKDH) menggelar bedah buku Etta, “Meniti di dalam Cahaya” di Gedung Auditorium, Kamis (17/09). Bedah buku ini mengundang Dr Moch Sabri AR (Ketua Tim Penulis Buku “Etta”), Prof Hamdan Juhannis PhD (Narasumber Buku “Etta”), dan Zulfahmi Alwi PhD (Pembina IKDH Makassar), dan Muh Basri (Wartawan Senior Harian FAJAR).

Buku “Etta” merupakan biografi seorang ulama bugis, Alm Anre Gurutta KH Lanre Said yang juga pendiri pondok pesantren (ponpes) Darul Huffadh tuju-tuju.

Zulfahmi Alwi sebagai salah seorang murid Alm KH Lanre mengatakan bahwa dalam tradisi bugis, anre gurutta adalah sosok bangsawan sederhana dan tidak membanggakan status sosial. “Etta selalu peduli dengan orang lain, sederhana, dan juga tegas,” ujarnya.

laporan | Sri Wahyuningsih

Selasa, 15 September 2015

HMJ PWK Gelar Kuliah Umum

HMJ PWK gelar Kuliah umum dengan tema "planner di persimpangan jalan antara pertumbuhan pembangunan dan kelestarian lingkungan" di LT UIN Alauddin, Rabu (16/09)
Washilah - Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) menggelar Kuliah Umum dengan mengusung tema “Planner di Persimpangan Jalan Antara Pertumbuhan Pembangunan dan Kelestarian Lingkungan” yang berlangsung di Lecture Theater (LT) UIN Alauddin pagi tadi. Rabu (16/09)

Kegiatan yang merupakan salah satu program kerja dari Bidang Penelitian dan Pengembangan HMJ PWK ini mengundang pemateri, yakni Muttakim Asikin ST sebagai Pengamat Tata Ruang Kota Makassar.

Menurut Ketua Panitia Agus Sanjaya, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan seiring dengan pertumbuhan pembangunan. “Kita berusaha mensosialisasikan, bukan hanya pembangunan yang digodok tetapi kelestarian alam juga tetap dijaga,” tuturnya saat ditemui di tengah-tengah kegiatan.

Selain itu, ia menyampaikan bahwa kegiatan ini juga untuk mengenalkan mahasiswa baru (Maba) mengenai Jurusan PWK dan membentuk pola pikir perencana yang harus ditanamkan sejak dini.

Senada dengan hal tersebut, Ketua HMJ PWK, Amirul Mukminin S menuturkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengantar kepada maba akan fungsi dari jurusan PWK.

Saat ditanyai mengenai tema yang diangkat, pria Alumnus Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tanete Bulukumba ini berkomentar bahwa melihat krisis mengenai etika dan moral sebagai seorang perencana dan orientasi yang tidak jelas.

Selanjutnya, ia berharap bahwa terjadi peningkatan sumber daya manusia untuk mencetak dan melahirkan mahasiswa PWK yang berkompeten.

Laporan | Andriani

HMJ PWK Kenalkan Profesi Perencanaan ke Maba

HMJ PWK gelar kuliah umum di LT UIN Alauddin, Rabu (16/09).
Washilah – “Orientasi seorang Planner mau kemana?,” ucap Muttakim Asikin ST sebagai pemateri dalam Kuliah Umum yang dilaksanakan Bidang Penelitian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) yang berlangsung di Lecture Theater(LT) UIN Alauddin. Rabu (16/09)

Dengan mengusung tema “Planner di Persimpangan Jalan Antara Pertumbuhan Pembangunan dan Kelestarian Lingkungan”, kegiatan ini diperuntukkan bagi mahasiswa PWK, khususnya mahasiswa baru (maba). Kegiatan yang merupakan salah satu program kerja dari HMJ PWK ini mengundang Pengamat Tata Ruang Kota Makassar. Muttakim Asikin ST menyampaikan bahwa tema yang diusung sangat menarik untuk didiskusikan karena berkaitan dengan profesi perencanaan.

Alumnus mahasiswa di Universitas 45 Makassar ini juga mengatakan bahwa disorientasi Planner harus diketahui arah dan tujuannya. “Sehingga hari ini kita lihat bukan hanya para politisi yang pragmatis tetapi juga Planner,” jelas mahasiswa angkatan pertama jurusan Planologi ini.
Menurutnya, Saat ini tidak ada lagi nilai yang dijunjung tinggi oleh seorang Planner. “Karena orientasinya hanya untuk mengumpulkan uang untuk projek,” ungkapnya.

“Seorang Intelektual mampu konsen dengan penerapan dan melihat data dan analisis, begitupun untuk para Planner yang harus mampu berintelektual,” paparnya dalam materi yang dibawakan.

Ketua HMJ PWK, Amirul Mukminin S menuturkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengantar dan pengenalan kepada maba akan fungsi dari jurusan PWK sebagai Planner.

Melihat krisis mengenai etika dan moral sebagai seorang perencana dengan orientasi yang tidak jelas, Pria Alumnus Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tanete Bulukumba ini berharap bahwa terjadi peningkatan sumber daya manusia untuk mencetak dan melahirkan mahasiswa PWK yang berkompeten.

Laporan | Andriani

Direktur Asrama Perkampungan Bahasa, Sambut Penghuni Baru

Washilah—Asrama Perkampungan Bahasa Putri kembali kedatangan penghuni baru, yakni mahasiswa baru UIN Alauddin. Kedatangan ini disambut oleh Direktur Asrama Dr Abdul Muis MEd Teaching English to Speakers of Other Languages (TESOL) dengan menggelar acara di Gedung Asrama, sabtu (12/09).

Dr Abdul Muis Med mengatakan bahwa acara penyambutan ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa baru calon penghuni asrama mengetahui aturan dan tujuan yang ingin dicapai di perkampungan bahasa tersebut.

“Saya kira yang paling harus mengetahui yaitu mahasiswa itu sendiri apalagi sudah memasuki tingkat ajang kedewasaan jadi mereka tidak lagi seperti pada masa remaja yang masih perlu pendampingan orang tua.  Kami juga disini selaku pembina sudah layak menjadi pengganti orang tua selama mereka tinggal disini,” ujarnya. 

Perkampungan Bahasa ini hadir untuk mengurangi beban mahasiswa yang ingin belajar bahasa inggris di luar yang membutuhkan banyak biaya. Sedangkan di Perkampungan Bahasa, bukan hanya belajar bahasa inggris namun juga Bahasa Arab, pembinaan ibadah, baca al-qur’an dan kultum (ceramah/pidato) pun menjadi kegiatan rutin dilakukan di Asrama.

Di asrama ini juga dihuni oleh mahasiswa dari luar negeri baik itu dari Sudan (Afrika Utara) maupun dari Thailand.

“Awal terbentuknya perkampungan bahasa ini kami menyediakan kamar untuk mahasiswa laki-laki dan perempuan, namun pada tahun-tahun berikutnya fasilitas untuk mahasiswa laki-laki belum ada. Sebenarnya kalau fasilitasnya sudah ada kami ingin semua mahasiswa baru di asramakan,” lanjutnya.

Ia juga berharap agar pembinaan di Asrama terus mengalami peningkatan.  “Kita disini selalu menginginkan adanya perubahan dan peningkatan terhadap hal yang ingin kita capai, jadi hal yang sudah bagus ditingkatkan dan kekurangan-kekurangan yang masih ada itu disempurnakan,” lanjutnya.

Laporan │Lisa Indrawati 

Silaturahim, Rektor Sambut PD IPM Gowa

PD IPM Gowa foto bersama Rektor di Gedung Rektorat UIN Alauddin Makassar. Selasa (15/09) Kunjungan ini bertujuan untuk mengadakan silaturahim kepada Rektor.
Washilah—Rektor UIN Alauddin Makassar menerima tamu dari Pimpinan Daerah (PD) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kab. Gowa di Gedung Rektorat. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengadakan silaturahim kepada Prof Musafir Pabbabari MSi yang juga pernah aktif di Ikatan Remaja Muhammadiyah (sekarang: IPM) semenjak bersekolah di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Makassar.  Selasa (15/09)

Ketua Umum PD IPM Gowa Ihsan Islami Syam mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan salah satu program kerja Bidang Advokasi yang diketuai oleh Munawir Muzakkir.

“Ini merupakan progam yang pertama kalinya diadakan. Kebetulan beliau adalah salah seorang Ayahanda di Muhammadiyah, jadi kami merencanakan untuk mengadakan silaturahim tokoh,” ujarnya.

Dalam pertemuan tersebut, Prof Musafir menceritakan pengalamannya saat berkiprah di IRM. Selain itu, ia juga memberi nasehat-nasehat kepada para generasi muda, khususnya pelajar Muhammadiyah agar terus berkarya untuk membangun bangsa dan negara.

Laporan | Nurfadhilah Bahar

HMJ Aqidah Filsafat Gelar LKDM

Gedung Fakultas Ushuluddin, Filsafat, dan Politik
Washilah--Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Aqidah Filsafat mengadakan Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiwa (LDKM) dengan mengusung tema “Stop Kekerasan Mahasiswa, Biarkan Mereka Berfikir dan Memilih Tanpa Doktrin” di Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik (FUFP). Sabtu (12/09)

Kegiatan ini berlangsung selama dua hari mulai pada tanggal 12 hingga 13 September 2015. Ini merupakan kali pertama bagi HMJ Jurusan Aqidah Filsafat dalam melakukan LKDM tersebut. Menurut Ketua Panitia Erwin Gutawan mengatakan bahwa kegiatan tersebut mendapat respon positif dari para dosen FUFP.

“Agar bisa meningkatkan intelektual para mahasiswa baru (maba). Apalagi maba baru lepas dari pendidikan menengah atas sehingga sangat tepat jika diberikan pencerahan di LDKM,” jelas pria yang akrab disapa Erwin itu.

Selain pemberian materi terkait LKDM, kegiatan ini juga memberikan Gameslatihan pementasan untuk melatih mental mahasiswa. Seperti Drama, Vocal, Puisi baik dari panitia maupun peserta.

Beberapa materi dalam LKDM ini diantaranya Kerangka Berfikir IImiah, Persidangan, Kemahasiswaan, Keorganisasian dan Problem Solving. “Untuk melatih pemikiran dari  pengetahuan-pengetahuan yang lama menjadi pengetahuan yang baru,” lanjutnya.

Walaupun kegiatan tersebut hanya dilaksanakan sekali setahun, yakni saat penerimaan mahasiswa baru. Namun, manfaatnya mampu mempererat tali silaturrahmi antar junior dan senior serta menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para peserta.

Laporan│Lisa Indrawati