Jumat, 18 Maret 2016

Menerapkan Ilmu Berbasis Islam Dalam Menghadapi Pengaruh LGBT

Suasana dialog muslimah yang bertempat di gedung CBP UIN Alauddin Makassar. Sabtu (19/3/2016) | Nur Isna

Washilah -- Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menggelar Dialog Muslimah dengan tema LBGT di Kampus (Ide Kebebasan dan HAM Atas Nama Akademik) Merusak Potensi Intelektual. Dialog yang bertempat di gedung Characther Building Program (CBP) menghadirkan  Dina Andriana, S Pd I seorang aktivis Hizbut Tahrir sebagai pemateri pertama dengan materi Arus Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) di Kampus dan Solusi Islam. Sabtu (19/3/2016).

Dina Andriana menjelaskan bahwa target LGBT secara masif dan intens menyerang intelektual dari 4 sisi yakni mahasiswa sebagai generasi galau identitas, institusi akademik, serangan udara-medis yang membangun suasana kebebasan perilaku menjadi budaya umum masyarakat, dan yang terakhir adalah negara yang akan melegitimasi Undang-Undang LGBT dengan payung paham kebebasan HAM dan institusi internasional.

"Ketika para intelektual mengatakan bahwa LGBT adalah kenormalan maka itu menjadi kekuatan mereka untuk bisa dilegalkan," katanya dalam membawakan materi.

Ia pun menambahkan bahwa seharusnya sistem pendidikan tinggi harus berperan aktif dalam membentengi intektual dari penyakit LGBT dengan pengkajian Islam, bukan justeru mengkaji LGBT untuk legitimasi kenormalan perilaku mereka. 

"Standar kebenaran dalam pendidikan islam tidak boleh bertentangan dengan prinsip islam karena kebenaran adalah apa yang berasal dari Allah. Sehingga kebenaran ilmu harus berbasis aqidah Islam," ungkapnya.

Pemateri kedua Dosen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Eka Sukmawaty, S Si M Si dengan materi Di Balik Fenomena LGBT.

Dalam materinya, dia mengatakan jika di abad 21 ini, LBGT menjelma menjadi kekuatan politik, karena telah di akui secara politis oleh Negara Pertama Amerika Serikat dalam konstelasi Internasional. Tujuan puncak LGBT  telah mereka capai dengan dilegalisasinya pernikahan sejenis.



Tulisan: Nur Isna / Wiryanti
Editor: Sri Wahyu Diastuti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar