Ilustrasi: Kompasiana.com |
Berkolerasi dengan waktu yang terus berjalan adalah ironi yang tak pernah selesai
Bernafas melawan kabut gundah yang tak ada habisnya hanya menumpuk kurangnya percaya diri
Aku yang sedang bernaung di negeri yang kocar-kacir
Ibu aku ingin pulang
Membawa setampik asa yang tak pernah usang
Ayah aku rindu kopi racikan kedai di pinggir sungai
Bercerita tentang bumi yang resah dan gelisah
Adik mari lanjutkan gambar mata angin yang selalu membingungkan mu
Mataku sudah cukup tua untuk melihat manusia yang terjerembat dalam hedonisme
Telinga ku sudah rapuh mendengarkan teriakan orang-orang yang putus asa
Mukutku sudah bergetar hebat mentertawakan kerakusan para penguasa
Tubuhku sudah layu menetap di negeri tetangga
Aku ingin pulang bersama kebahagian yang tak pernah lekang
Menyusuri lembaian sunyi desa tempat kita hidup susah dengan segala kesederhanaan yang ada
Sekali lagi aku ingin pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar