Ilustrasi | Int |
Sejatinya, unjuk rasa para supir taksi konvensional di Jakarta lebih dulu dilakukan hal serupa diberbagai negara. Supir taksi di Amerika, Prancis, Inggris, Korea Selatan dan Taiwan(www.bintang.com) tuntutan mereka hampir sama. Mereka menganggap taksi online tidak memenuhi aturan perizinan baik mobil maupun supir, dan tentu juga menurunnya pendapatan para supir taksi konvensional.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan angkutan berbasis aplikasi seperti gojek online maupun taksi online. Di era teknologi sekarang ini manusia sangat dimudahkan dengan kemajuan tekhnologi, apalagi saat ini orang sudah mulai sibuk dengan handphone dan gadgetnya.
Menurut survei yang dilakukan Markplus Insight (dailysocial.net) menurut pengguna internet di Indonesia, yakni sekitar 24.2 juta penduduk mengakses internet lebih dari tiga jam setiap harinya. Selain itu mayoritas pengguna internet berusia 15 hingga 35 tahun. Bahkan menurut data dari Kementrian Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) mengatakan, Indonesia sebagai salah satu negara yang masyarakatnya banyak mengakses intenet di dunia (Wikepedia).
Jadi wajar saja kalau masyarakat lebih banyak memilih menggunakan angkutan online. Selain mudah diakses, tarif angkutan online juga termasuk murah dibanding angkutan umum.
Tarif angkutan online hanya sekitar 15 ribu sampai 30 ribu, sedangkan tarif angkutan umum seperti taksi lumayan mahal sekitaran 50 ribu yang paling murah.
Namun, pemerintah juga harus mendengar suara rakyat dalam hal ini adalah para pengemudi supir taksi yang ingin tuntutannya didengar. Pemerintah juga wajib mengambil langkah langkah guna mengatasi permasalahan ini, karena tidak menutup kemungkinan, para supir taksi akan melakukan demonstrasi yang lebih besar lagi.
Penulis: Ahmad Arnold
Editor: Afrilian C Putri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar