Ilustrasi | Int |
Washilah -- Sertifikat Baca Tulis Al Quran (BTQ) mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunukasi (FDK) angkatan 2011 hilang. Mahasiswi yang bernama Miftahul Khaeriyah dalam status yang yang diposting dalam group Forum Mahasiswa Alauddin Makassar (FUAM) menuliskan keluhnya.
Dalam statusnya yang diposting 16 maret 2016, dia mengatakan jika pihak rektorat bersedia mencetak ulang tetapi dilengkapi dengan surat keterangan hilang dari fakultas.
"Saya harus ujian hasil bulan ini, sebelumnya saya harus melalui ujian konfren. Syaratnya, 6 sertifikat wajib lengkap salah satunya sertifikat BTQ itu. Pihak rektorat bersedia mencetak ulang sertifikat yang baru, syaratnya mahasiswa yang bersangkutan harus memegang surat keterangan hilang dari fakultas. Lantas pihak fakultas tidak mau menandatangani dengan alasan beban tanggung jawab yang berat," tulisnya.
Berikut status Miftahul Khaeriyah yang dikutip dalam group FUAM.
Saya berangkat pukul 07.30 pagi ini. Meninggalkan rumah dan lupa sarapan. Hanya berpayung restu orang tua menembus hujan makassar yang tidak begitu patuh pada jadwal semestinya.
Urusan kemarin belum kelar benar. Sertifikat BTQ yang harusnya telah saya pegang sejak semester 1 dulu, terlambat saya minta. Imbas dari salah satu staf yang menghilangkan sertifikat kami. Tidak tanggung-tanggung, 1 angkatan full harus kocar-kacir mengurus kecerobohan yang orang lain lakukan.
Saya harus ujian hasil bulan ini, sebelumnya saya harus melalui ujian konfren. Syaratnya, 6 sertifikat wajib lengkap salah satunya sertifikat BTQ itu. Pihak rektorat bersedia mencetak ulang sertifikat yang baru, syaratnya mahasiswa yang bersangkutan harus memegang surat keterangan hilang dari fakultas. Lantas pihak fakultas tidak mau menandatangani dengan alasan beban tanggung jawab yang berat.
Kepada bapak yang terhormat, lantas siapa yang harusnya bertanggung jawab?. Kemarin saya menghadap di staf, diminta ke kepala tata usaha, pak kepala minta ke rektorat dulu minta nomor registrasi (takutnya saya mahasiswa yang bahkan tidak lulus tes mengaji dan pura2 kehilangan sertifikat), pihak rektorat meminta ke fakultas kembali, kabag Tata Usaha minta saya ke Pendamping Dekan 2, pendamping dekan 2 minta ke PD 1.
Ya Allah pak, 2 hari waktu saya habiskan urus sertifikat yang dihilangkan pihak bapak sendiri
Kepada bapak yang lagi-lagi terhormat, siap bertanggung jawab untuk keringat yang saya keluarkan? Untuk hujatan yang tidak henti saya ucapkan? Untuk tenaga, waktu? Untuk doa ibu saya yang dirapalkan hampir setiap pertengahan malam? Untuk tangis ibu saya? Siap pak?
Kepada bapak yang terhormat, saya tidak melihat kening bapak berkerut ketika saya minta solusi (saya minta solusi pak, bukan minta bapak menyelesaikan tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab bapak), lantas bagaimana pak?
Ada lagi, di rektorat saya mengurus hilangnya slip pembayaran karena kasus pindah rumah. Dari awal di wanti-wanti "mudah-mudahan dipermudah ki' dek, liat2 dulu sebelum maju, kalau moodnya jelek nanti disuruh urus surat keterangan hilang dulu di kantor polisi. Ada juga yang tidak, tergantung.. "
Sepertinya pihak yang katanya terhormat memang gemar basah karena dijilat. Jangan heran kalau banyak tersebar video porno yang dilakoni mahasiswa. Mereka memang dididik menjadi jago jilat!
Ternyata, Lucu juga kampus ini.
Tulisan: Sri Wahyu Diastuti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar