Sumber : Otodidak |
Washilah—Pemusnahan Skripsi oleh pihak Perpustakaan UIN Alauddin baru-baru ini rupanya menjadi awal penerapan sistem online, dimana metode pengarsipan di Perpustakan selama ini dianggap sudah kuno.
Lebih lanjut Lektor Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Perpustakaan M. Quraisy Mathar S Sos menjelaskan, “jika dilihat secara manual, mahasiswa yang datang biasanya cuma mau mengutip, sedangkan melalui sistem online tidak akan ada lagi yang bisa menyontek. Ketika filenya dibuka di internet maka mereka yang melakukan plagiat akan langsung ketahuan,” tandasnya.
Karya tulis yang dimusnahkan sebelumnya menurut Quraisy Mathar merupakan dokumen yang sudah sangat tua, itupun telah melalui proses digitalisasi baik judul maupun isi. Sementara skripsi pada awal tahun 90an hingga periode 2011 harus melalui proses scan terlebih dulu, diubah kedalam bentuk Portable Document Format (PDF) barulah kemudian dilakukan penginputan satu per satu.
Untuk periode 2012 hingga sekarang, beberapa data yang masuk sudah dalam bentuk soft file meski belum sempurna. “Yang sudah dalam bentuk soft file lebih mudah untuk di input, walaupun ada beberapa PDF yang pecah dan ada juga yang masih dalam bentuk Microsoft Word, jadi akan diedit kembali”, ujarnya.
Meski belum sempurna dan masih dalam proses penginputan, ex Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) ini menjelaskan jika Online Public Acces Catalog (OPAC) sudah bisa dilihat. Dimana komputer menunjukan koleksi milik perpustakaan termasuk karya tulis itu sendiri dengan deskripsi yang muncul dalam bentuk abstrak.
Melalui komputer yang disediakan nantinya, semua jenis karya tulis ataupun skripsi bisa dibaca full text hanya saja tidak bisa di download, “bisa dibaca full text, tapi yang bisa men-download hanya pihak perpustakaan”, tuturnya.
Quraisy Mathar juga menekankan mulai tahun 2016, penyetoran skripsi, tesis maupun KTI ke Perpustakaan hanya dalam bentuk soft file dan tidak lagi dalam bentuk dokumen bahkan untuk Compact Disk (CD) sekalipun.
“Ketika mahasiswa menyetor skripsi atau karya tulisnya, maka wujudnya menjadi hak Perpustakaan. Isinyalah yang kemudian menjadi tanggung jawab kami untuk menjaganya agar tidak ada plagiat. Karena yang kami butuhkan isinya, bukan fisiknya,”.
Laporan | Fadhilah Azis & Ridha Amaliah
Lebih lanjut Lektor Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Perpustakaan M. Quraisy Mathar S Sos menjelaskan, “jika dilihat secara manual, mahasiswa yang datang biasanya cuma mau mengutip, sedangkan melalui sistem online tidak akan ada lagi yang bisa menyontek. Ketika filenya dibuka di internet maka mereka yang melakukan plagiat akan langsung ketahuan,” tandasnya.
Karya tulis yang dimusnahkan sebelumnya menurut Quraisy Mathar merupakan dokumen yang sudah sangat tua, itupun telah melalui proses digitalisasi baik judul maupun isi. Sementara skripsi pada awal tahun 90an hingga periode 2011 harus melalui proses scan terlebih dulu, diubah kedalam bentuk Portable Document Format (PDF) barulah kemudian dilakukan penginputan satu per satu.
Untuk periode 2012 hingga sekarang, beberapa data yang masuk sudah dalam bentuk soft file meski belum sempurna. “Yang sudah dalam bentuk soft file lebih mudah untuk di input, walaupun ada beberapa PDF yang pecah dan ada juga yang masih dalam bentuk Microsoft Word, jadi akan diedit kembali”, ujarnya.
Meski belum sempurna dan masih dalam proses penginputan, ex Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) ini menjelaskan jika Online Public Acces Catalog (OPAC) sudah bisa dilihat. Dimana komputer menunjukan koleksi milik perpustakaan termasuk karya tulis itu sendiri dengan deskripsi yang muncul dalam bentuk abstrak.
Melalui komputer yang disediakan nantinya, semua jenis karya tulis ataupun skripsi bisa dibaca full text hanya saja tidak bisa di download, “bisa dibaca full text, tapi yang bisa men-download hanya pihak perpustakaan”, tuturnya.
Quraisy Mathar juga menekankan mulai tahun 2016, penyetoran skripsi, tesis maupun KTI ke Perpustakaan hanya dalam bentuk soft file dan tidak lagi dalam bentuk dokumen bahkan untuk Compact Disk (CD) sekalipun.
“Ketika mahasiswa menyetor skripsi atau karya tulisnya, maka wujudnya menjadi hak Perpustakaan. Isinyalah yang kemudian menjadi tanggung jawab kami untuk menjaganya agar tidak ada plagiat. Karena yang kami butuhkan isinya, bukan fisiknya,”.
Laporan | Fadhilah Azis & Ridha Amaliah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar